Ada pepatah para pendekar tanah minang yang layak dijadikan pelajaran hari ini, sebuah pepatah yang berbunyi "Alu tataruang patah tigo, samuik tapijak indak mati". Makna bebasnya, Bertarung lawan alu (penumbuk padi), alu nya patah jadi tiga, tapi kalau menginjak semut, semutnya tidak mati.
Pepatah ini menggambarkan 2 hal:
1. Orang yang sangat bijaksana sehingga mampu menggabungkan keras dalam memegang prinsip, tetapi tetap lembut dalam mengaplikasikan prinsip. Hal yang benar harus dapat disampaikan dengan lembut sehingga menetap di hati manusia. Sebenar-benar lisan berkata, namun dengan cara yang kasar, hanya akan menimbulkan permusuhan. Ketika Nabi Musa as menghadapi fir'aun, Allah tetap menyuruh Musa utk memakai "Qaulan layyinan" (perkataan yang lembut), padahal fir'aun adalah penguasa yang teramat sangat zhalim dan kufur. Tapi apakah pernah kita dengar Nabi Musa as menjadi orang yang tidak memegang prinsip karena berkata lembut? Justru beliau menghadapi satu demi satu berbagai makar fir'aun dengan dada terbuka lebar. Pertanyaannya, adakah manusia-manusia sekarang apalagi keluarga kita yang se-zhalim fir'aun, atau apakah kita lebih baik dari Nabi Musa as..?
2. Tiap masalah harus diselesaikan dengan caranya masing2. Kalau harus keras, kita bisa bikin alu patah menjadi tiga bagian, namun kalau harus lembut, semutpun tidak mati kita injak. Tidak semua masalah harus selesai dengan kekerasan, namun tidak pula semua masalah selesai dengan kelembutan. Menghadapi rampok yg memegang golok dan sudah mengayunkannya ke leher kita, tidak bisa kita selesaikan dengan ngopi bareng di beranda rumah. Demian pula tidak pada tempatnya menghadapi anak yang rewel dengan rotan di tangan. Ada banyak pilihan cara untuk menyelesaikan masalah, tiap hari selau ada ujian atas kualtas kemanusiaan kita untuk membuktikan pada diri kita sendiri siapa sebenarnya jati diri kita. Sebagai ungkapan bernada satire ada pepatah dari china (kalau tidak salah dari Lao Zi) yang berbunyi:
it is only when a mosquito lands on your testicles that you realize that there is always a way to solve a problem without using violence
artinya kira-kira, "Hanya jika ada seekor nyamuk hinggap di buah zakar kamu, maka kamu menyadari ada banyak jalan untuk menyelesaikan masalah tanpa menggunakan kekerasan."
3. Para pendekar sudah terlatih untuk dapat mematahkan alu menjadi 3 potong. Mereka melatih diri dengan penuh dedikasi, keseriusan dan kesabaran untuk mencapai target latihan tsb. Mereka yang sudah terbiasa sabar meniti pendidikan yang keras, seharusnya bisa lebih sabar lagi kalau cuma menghadapi semut yang kecil, yang kalaupun mengigit hanya terasa gatal. Tidak perlu memperlihatkan kedigdayaan pada seekor semut, tidak ada kebanggaan melumat seekor semut dengan ilmu yang dapat mematahkan alu menjadi 3 potong. Ilmu yang tinggi harus membuat seseorang tambah sabar dan bijaksana.
Terima kasih telah membaca artikel tentang Pepatah Minang 1 - Melawan Alu, Patah 3, Menginjak Semut, Tidak Mati di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.