Dengan beberapa pertimbangan saya masih melanjutkan pembahasan tentang karakter naga dan menunda penulisan karakter hewan yang lain di tulisan berikut.
Naga adalah makhluk mitos dan karena sifatnya sebagai makhluk ghaib, maka yang diharapkan dari karakter naga juga sesuatu yang tidak kelihatan, yaitu perkembangan jiwa/ruh. Tidak ada yang bisa melihat bentuk dari sabar, syukur, berani, kasih sayang dan rendah hati. Begitu juga tidak ada yang bisa melihat tergesa-gesa, lupa kebaikan orang, penakut, atau bengis dan sombong. Tidak terlihat hakikatnya namun terlihat pada tindakan.
Karakter naga menyimbolkan perkembangan kepribadian yang berangkat dari kemajuan aspek spiritual dan kejiwaan. Ketika seseorang sangat maju di bidang teknik perkelahian dan mampu menggunakan seluruh bagian tubuhnya sebagai senjata, ia baru mendapatkan aspek eksternal dari karakter naga. Namun ketika seseorang gagal untuk sabar dalam urusan sepele, sombong, berani sama yang lemah takut sama yang kuat maka boro-boro naga, cacing pun tidak. Beberapa kali sudah bertemu dengan para master yang memiliki karakter naga baik secara ekternal dan internal. Kemampuan teknis yang mumpuni berpadu dengan akhlak yang mulia.
Namun tidak jarang pula saya bertemu dengan para ahli bela diri yang sudah mencapai kesempurnaan teknik namun masih kalah akhlak dengan anak SD. Dalam tingkatan lebih tinggi karakter naga menyimbolkan perkembangan spiritual yang terlihat pada kemampuan supranatural atau melakukan hal-hal aneh yang tidak lazim dilakukan manusia biasa. Kemampuan berkomunikasi dengan bangsa jin (bahkan sebagian orang menganggap bisa berkomunikasi dengan malaikat), melihat masa depan dan masa lalu dsb. Namun di sisi lain tidak jarang pula seorang yang memiliki kemampuan supranatural memiliki akhlaq yang juga jauh lebih kerdil dari anak kecil.
Kita mungkin menyebutnya ilmu hitam, ilmu yang didapatkan dengan prantaraan kerja sama seseorang dengan jin kafir. Saya pernah berjumpa dengan seorang ahli bela diri yang juga ahli ilmu "kanuragan". Yang saya lihat dari apa yang disebut dengan kanuragan itu tidak lebih dari bantuan setan dan tidak layak disebut "ilmu". Tidak lebih. Dia membanggakan bagaimana ia mengirim suatu ayat suci pada orang yang membuatnya sakit hati, dan nun jauh di sana orang tersebut muntah darah.
Kalau dia seorang pendekar sejati masakah harus takut berhadapan dengan orang lain. Masih perlu main "belakang" dari seorang yang mengaku ahli beladiri menurut saya suatu aib. Kalau ada masalah yang menyangkut sakit hati seharusnya diselesaikan dengan cara silaturahmi, tabayyun (mencari kejelasan) pada yang bersangkutan, memberi hadiah dan bahkan mendoakan kebaikan pada orang yang punya sangkutan dengan kita. Kita yang berbuat baik dapat pahala dan dia yang berbuat tidak baik insya Allah akan sadar dan jika pun tidak sadar, maka kita telah mendoakan kebaikan pada. Seluruh hal yang kita upayakan adalah kebaikan. Sebaliknya hal yang jelas terlihat adalah ahli beladiri itu belum memiliki karakter naga secara internal. Ia hanya seekor cacing kepanasan yang tidak tahan mendengar sesuatu yang berbeda atau menyakiti dirinya.
Kemudian timbul pertanyaan kok bisa ayat suci dipakai menyantet orang? Intinya adalah setan selalu berusaha menyesatkan manusia dengan berbagai jalan. Kalau ia tidak dapat membuat seorang manusia menyembah dirinya dengan perantaraan patung, pohon angker, kuburan, senjata pusaka dan mantra-mantra yang isi memuja, menyembah dan minta pertolongan padanya, maka yang dilakukannya adalah memasang "syarat" yang seakan-akan positif seperti membaca ayat, dzikir anu sekian kali atau puasa itu sekian hari dan kebajikan lainnya yang intinya memperbudak manusia. Dengan menuruti kehendak sang pembuat syarat, sebenarnya kita telah diperbudak olehnya. Sebenarnya siapa yang berhak memperbudak manusia kecuali Allah SWT? Kalau ada makhluk lain yang memberi syarat yang sifatnya menampakkan kehinaan, kerendahan dan permohonan selain Allah SWT, maka kita sudah jatuh dalam lembah kekufuran.
Intinya siapa yang kasi syarat? Apakah itu kewajiban dalam agama? Apakah itu disuruh oleh Allah SWT dan RasulNya? Apakah kita mengerjakan hal itu karena ingin dapat pahala dan keridho-annya? Saya pikir kalau anda tidak diiming-imingi kemampuan supranatural seperti bisa menghilang atau lainnya, saya bisa pastikan anda tidak akan menjalani laku tirakat tersebut. Sedangka dalam agama motivasinya jelas "membaca zikir anu dosa diampuni" dll.
Memang tidak semua orang perduli dengan ini, namun beberapa kali saya melihat reality show dunia ghaib saya jadi mengerti sebodoh apa manusia di hadapan setan. Ada yang pelihara kuntilanak, diperbudak menggendong batang pisang yang diberi kain kafan mengelilingi tempat pemujaan, lain lagi yang pelihara tuyul, buto ijo dll. Ada juga kisah orang belajar "ilmu hikmah" yang mengharuskan praktisi membaca dzikir atau ayat tertentu sampai 2 juta kali dan baru selesai dalam 40 hari, hanya keluar untuk shalat, buang hajat dan makan. Allah tidak suruh Rasulullah tidak mencotohkan tapi ia menjalankan sesuatu yang dianggap "ketaatan" dan saya tidak tahu dia taat sama siapa. Alhamdulillah orangnya sudah tobat dan pernah menceritakan kekonyolan-kekonyolan dirinya sampai ia dianggap "orang pintar".
Biasanya praktek ini akan ditutup dengan ungkapan, "Hakekatnya yang menyembuhkan adalah Allah SWT, kita cuma menjalankan Syariat." Seakan-akan seluruh kerja sama dan kesesatan tersebut bisa menemui pembenaran dari ungkapan hakekat dan syareat. Menurut saya ini adalah penghinaan agama. Sekarang saya kasi analogi, tentunya kita semua sepakat yang memberi rizki adalah Allah SWT, jalannya berbeda-beda kita juga sudah faham, karena tiap orang punya perannya masing-masing di dunia. Seorang manusia mendapat rizki selain karena ketetapan Yang Maha Pemberi Rizki, juga karena perannya yang unik di bumi ini. Misalnya seorang tukang sampah mendapat rizki dari Allah dari jalan mengumpulkan sampah dan mengantarnya ke TPA. Tidak ada yang protes terhadap profesinya itu, karena yang dilakukannya adalah profesi yang halal. Namun ketika seseorang mendapatkan rizki dari jalan yang tidak halal, seperti mencuri, jualan narkoba, jadi pelacur, judi dll tentunya kita menganggap penghasilannya tidak halal. Dan tidak seorang pun yang ada di grup ini yang juga mau menjalankan profesi-profesi tercela itu. Betul hakikatnya rizki dari Allah SWT, tapi jalannya salah, syariatnya tidak dapat dibenarkan. Apakah kita akan tetap berkeras hakikatnya Allah kasi rizki, walaupun syariatnya nyolong berarti halal?
Orang sakit datang ke dokter adalah syariat yang betul, tapi ketika orang sakit datang ke dukun yang mengharuskan potong ayam hitam, bakar menyan, baca mantra tertentu, maka perbuatan tersebut sudah masuk ke ranah perdukunan yang dilarang. Melakukan yang haram tidaklah dapat menjadi halal karena dibumbui ungkapan-ungkapan yang berbau agama, seperti hakikat, syariat, syarat, pantangan dan ikhtiyar.
Saya tutup pembahasan karakter naga ini dengan kesimpulan bahwa karakter naga secara ekternal adalah penggunaan segala bagian tubuh sebagai senjata, dan diwujudkan dalam jurus yang bergelombang, tidak terputus-putus. Ketika satu tindakan bisa dinetralkan lawan, maka praktisi jurus naga langsung bertindak cepat dengan menggunakan bagian tubuh lain yang bisa dipakai sebagai balasan. Begitu seterusnya. Sedangkan secara internal karakter naga menggambarkan kecerdasan spiritual dan pengendalian diri yang mumpuni serta menggunakan saran-sarana yang baik dan halal untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan. Hal yang lahir karena praktisi dekat dengan Sang Pecipta dan berakhlak mulia pada sesama. Dalam bahasa china, istilah yang dipakai untuk menyebutkan jiwa adalah Shen.
Terima kasih telah membaca artikel tentang KARAKTER INTERNAL NAGA di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.