Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com
Powered by Blogger.

Filosofi Monas

Mas Gatut Suwardhana adalah seorang guru kungfu tidak hanya mengajarkan teknik berkelahi. Terkadang ada beberapa pernyataan dan pertanyaan beliau yang bermaksud untuk mengembangkan kepribadian dan spiritualitas murid. Hari jumat kemarin saya mendapatkan pertanyaan yang diajukan di wall fb beliau, "Presiden Soekarno mendirikan monas, di atasnya ada emas. Apa filosofinya? Silahkan jawab." Sebagai murid adab nya jika ditanya guru harus jawab. Berikut jawaban saya:

Meletakkan sesuatu yang berharga harus di atas. Seperti manusia, yang paling berharga adalah otaknya, maka diletakkan paling atas. Sedangkan nafsu pada dunia yang bermuara pada urusan perut dan kemaluan, semuanya dibuang di dua lubang terbawah dari tubuh manusia. Seenak apapun makanan dia akan keluar dari lubang belakang. Senikmat apapun hubungan seks akan berakhir di lubang depan. Dan keduanya memang anugerah yang Allah SWT berikan pada manusia untuk menyambung hidup dan keturunan di muka bumi.

Untuk menjadi berharga manusia harus memiliki cita2 yang tinggi dan mulia yang bahkan jauh di atas realitasnya sebagai manusia yang hidup di bumi. Di dunia dia harus mulia sebagai pemimpin atau khalifah, sedangkan di akhirat ia harus berada di dalam surga. Untuk mencapai keduanya wajib menggunakan otak dan hati. Atau mungkin bisa kita sebut sebagai akal dunia dan akal akhirat.
Kenapa saya menyebut akal akhirat? Sebenarnya sebutan ini hanya untuk menggantikan terminologi hati. Hati tempat boleh atau tidak boleh. Sedangkan akal dunia adalah tempat bisa atau tidak bisa yang amat matematis dan untung rugi.

Mengapa hal ini menjadi penting? Karena tidak setiap orang yang tahu sesuatu itu berharga akan mau bersusah payah agar yang dianggapnya berharga diletakkan di tempat yg semestinya. Meletakkan emas di di atas monas pasti perlu usaha yang luar biasa, kombinasi antara hati, otak dan otot. Jika emas yang seharusnya diletakkan di atas tidak diusahakan agar sampai ke atas maka emas monas mungkin hanya menjadi penghias lapangan parkir. Harus ada upaya luar biasa agar emas sebesar itu bisa berada di pucuk monas..

Demikian pula halnya dengan manusia dan kehidupannya. Biarpun setiap orang mengerti bahwa masuk surga itu penting dan berharga, namun tidak semua orang mau berkorban untuk memasukinya. Kebanyakan manusia memilih jalan pintas yang disenangi hawa nafsu. Selain lebih mudah juga lebih keliatan hasilnya.

Seperti surga, hati dan akal manusia pun tidak terlihat, tidak terindera. Artinya siapa saja yang menghargai akal dan hatinya maka ia akan memilih yang terbaik untuk dirinya. Mereka yang memiliki rasa untuk menyadari, mengembangkan dan merawat hati dan akal lebih berhak untuk masuki surga, sesuai dengan tingkat keimanan dan kecintaannya pada Allah SWT. Semakin cinta seseorang pada Allah, akan semakin besar kesadarannya betapa sementaranya dunia. Semakin besar pula pengorbanannya di jalan Allah SWT karena mereka mengerti bahwa hakikat pengorbanan adalah memindahkan beban dunia di akhirat. Setiap kita adalah pejalan menuju takdir kita masing-masing. Hal yang kita sangka bekal dunia sesungguhnya beban di akhirat karena kita akan ditanya tentangnya. Sedangkan apa yang kita sangka mengurangi kenikmatan dan kesempatan bersenang-senang di dunia ternyata bekal yang sangat berharga di akhirat. Bekal yang ternyata paling tidak kita perhatikan kelayakannya..

Kaum yang kesadarannya hanya terbatas pada pengembangan tubuh dan dunianya akan merasakan dua kepahitan.

Kepahitan pertama adalah kehilangan atau penurunan fungsi dan daya tubuh duniawi dan segala hal yang menyertainya. Ketika seseorang beranjak tua maka satu per satu bagian tubuhnya akan mulai mengalami penurunan fungsi dan daya. Tubuh yang dulu kuat berlari, di usia yang telah tua terduduk di kursi roda dan sangat sangat tergantung pada orang lain. Kendaraan yang dulu menjadi simbol status sosial, kini hanya menjadi besi tua..

Kepahitan kedua adalah ketidakberdayaan tubuh ini saat menghadapi siksa neraka yg kekal. Siapa yang dulu kuat, tidak berarti apa-apa di hadapan Malaikat Zabaniyah dan panasnya api neraka. Harta yang dulu dikira sebagai pengaman hidup ternyata di akhirat menjadi emas dan perak panas yang ditempelkan di dahi dan punggung mereka. Apa yang mereka usahakan ternyata hanya menjadi azab, menjadi sumber kekhawatiran. Jika dulu di dunia sangat khawatir hilang atau musnah, maka di akhirat menjadi kekhawatiran sebagai penambah siksa
.
Apa yang dulu kita khawatirkan akan membuat kita berada di puncak kekhawatiran. Dan sebaliknya apa yang dulu dapat kita lakukan dan lepaskan di dunia dengan penuh keikhlasan, kebahagiaan dan syukur akan menjadi sumber kebahagiaan kita di akhirat kelak.

Apakah hal ini layak diperjuangkan..?
Semoga jawaban saya bermanfaat.
Terima kasih telah membaca artikel tentang Filosofi Monas di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :

Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com