Kisah pemudah berbakti kepada ibu yang gila
Dokter dari Saudi bercerita: Seorang lelaki berusia 30 tahun masuk menemuiku, ia masuk dengan memeluk seorang ibu yang selalu berontak, ingin lari darinya. Terkadang ibu tersebut melempar penutup kepalanya, lantas sang anak merapikannya, sang ibu menggigitnya, mencakarnya, bahkan meludahi wajahnya, namun ia hanya tersenyum, kemudian sang ibu mulai tertawa dan melakukan hal-hal aneh. Sang ibu, berputar-putar di sekitar meja sang dokter.
Dokter bertanya; siapa wanita ini ?. pemuda itu berkata; “dia ibuku”, dokter bertanya; ada apa dengan ibumu ?, dia berkata; beliau lahir dalam keadaan gila, dokter bertanya; lantas bagaimana ia melahirkanmu ?, kakekku mengawinkannya dengan ayahku. Dan ayahku mentalaknya di tahun pertama pernikahannya, demikianlah beliau melahirkanku. Dan sejak usiaku 10 tahun sayalah yang menyiapkan segala kebutuhan beliau. Saya memasak buat beliau. Dan ketika saya tidur, saya ikat kaki beliau karena khawatir akan lari dariku. Dokter berkata kenapa engkau membawanya kemari ? untuk memeriksa gula dan tekanan darahnya. Sang ibu tertawa, ia meminta kentang, anaknya ini memberinya senyum. Ia meludahi wajahnya, ia pun membasuh bekas ludah tersebut dan tersenyum kepada ibu. Sang dokter berkata; Ibu ini tidak mengenalmu ?, pemuda berkata; beliau tidak mengenal anaknya. Tapi demi Allah, aku bersaksi bahwa beliau adalah ibuku. Kemudian sang ibu tiba-tiba berkata; itu Mekkah (setelah melihat gambarnya). Kapan kita kesana, ia berkata; hari kamis insyaAllah. Dokter bertanya dengan penuh heran; kamu akan membawanya umrah meski dia gila ?! pemuda berkata ; setiap kali beliau ingin ke Mekkah, saya penuhi. Saya akan berusaha memenuhi apapun keinginannya selama saya sanggup untuk melaksankannya, setelah pemuda itu pergi pulang bersama ibunya. Sang dokter pun menangis sejadi jadinya.
Kisah bakti seorang anak sudah sering didengarnya. Namun kejadian ini nyata terjadi di hadapannya. Ibunya gila, tidak mengenalnya, namun ia begitu sabar melayaninya. Sementara ia bisa saja menitipnya di rumah sakit jiwa. Ia memilih merawatnya sendiri. agar ia tidak melewatkan satu pintu surga yang hadir dan masih ada dihadapannya… ❤