Menarik tp tdk perlu ditelan mentah2 artikel ini:
Dari sebelah menarik utk disimak.
Ada ulasan ekonomi global dari Pak Hengki. Semoga menambah wawasan kita. (Eh, Tedi kenal dengan dia ya?)
Namanya Triharyo Indrawan Susilo, anaknya Pak Susilo Soedarman alm. Panggilannya Hengki (adik Pak Indroyono Susilo, mantan Menko Maritim) dari ITB'77, skrg dia ditunjuk Presiden sbg PMO Pembangunan Kilang Minyak dan Infrastruktur Migas lainnya yg dibiayai Negara.
Seperti biasa, pada akhir tahun, saya menyempatkan untuk membaca berbagai buku, tulisan-tulisan editorial dan juga beragam analisa, khususnya untuk menyongsong tahun 2016, dan juga tahun-tahun selanjutnya. Berikut ini sharing pendek saya, yang merupakan intisari dari hasil eksplorasi tersebut. Mudah-mudahan bermanfaat bagi rekan-rekan yang mungkin tidak sempat meluangkan waktu untuk membacanya.
Minyak bumi bukan lagi menjadi faktor
Peningkatan produksi Shale Oil (dan Shale gas) dari Amerika Serikat semakin sulit dibendung, karena biaya memproduksinya semakin hari semakin murah. Produksi Shale Oil sudah dapat diproduksi dengan alat pengebor yang bisa diangkat dengan truck pick-up (praktis dan murah). Bahkan Amerika Serikat, sedang membahas di parlemen, untuk pertama kalinya dalam sejarah, akan meng-export minyak bumi. Saudi Arabia, yang notabene memimpin dan menguasai OPEC, masih terus berusaha mem-“bangkrut”-kan produsen Shale oil dengan meningkatkan produksi mereka menjadi yang tertinggi dalam sejarah, agar harga minyak bumi semakin jatuh. Rusia, untuk mengatasi embargo dan petualangan Presiden Putin, juga terus meningkatkan produksi minyak buminya, untuk mengejar pemasukan uang untuk membiayai keinginan dominasi dunianya. Sehingga tahun 2015, produksi minyak bumi Rusia adalah juga yang tertinggi dalam sejarah. Fenomena ini, mengakibatkan terjadinya “Oil Glut” atau kebanjiran pasokan minyak bumi di dunia. Bila embargo Iran dilepas pada tahun ini, banyak yang memprediksi (termasuk IMF) bahwa harga minyak bumi akan terus turun sampai dibawah US $ 20 per barrel. Kejadian-kejadian ini sudah mengubah tatanan kebijakan dunia, yang diterapkan selama berpuluh-puluh tahun. Contohnya, Amerika Serikat yang selama ini bersekutu dengan Arab Saudi dan Israel untuk menjaga pasokan minyak bumi impor ke Amerika, merasa bahwa kebijakan ini sudah tidak diperlukan lagi dimasa mendatang. Karena kebutuhan pasokan energi untuk negerinya sudah tercukupi secara mandiri, Amerika di tahun-tahun mendatang, akan lebih “inward” tidak “outward”.
Minyak bumi murah, komoditas menjadi murah
Ternyata dengan minyak bumi murah, komoditas juga menjadi ikut murah. Contoh yang paling sederhana adalah komoditas yang terkait langsung ke minyak bumi, seperti gas alam, kelapa sawit, batu bara, karet alam, bahan tambang dll. Dengan harga komoditas ikut turun, maka pendapatan dari para produsen komoditas juga menurun. Dampaknya, para pekerja dan pelaku di sektor minyak bumi, gas alam, tambang dan komoditas lainnya juga mengalami penurunan pendapatan, secara signifikan. Sehingga mengakibatkan daya beli masyarakat yang mengandalkan produk komoditas juga menurun. Inilah yang mengakibatkan konsumsi dan belanja masyarakat menjadi stagnan dan cenderung menurun. Coba perhatikan pasar properti di Indonesia, yang terus stagnan dan cenderung menurun. Dampak lanjutannya tentu, tidak akan dibangun Properti baru, lalu tidak diperlukan produk serta pekerja kontraktor, pada industri properti tersebut dst dst. Terjadi semacam spiral memburuk.
Tidak ada lagi pemimpin dunia
Dengan Amerika merasa tidak perlu menjaga pasokan energi impor mereka, maka negeri tersebut sudah tidak berminat lagi menjadi “pemimpin dunia” atau “polisi dunia”, seperti selama ini. Eropa akan disibukkan dengan menjaga perekonomian masing-masing negaranya dari kebangkrutan, menjaga mata uang Euro, mengatur aliran pengungsi yang semakin membludak, mengamankan negeri mereka dari terorisme dan tentunya tidak akan terlalu mencampuri urusan negeri lain. Sebagai contoh, serangan balik negeri Perancis, setelah kota Paris diteror, relatif biasa-biasa saja. China yang diharapkan menjadi pemimpin dunia baru, ternyata hanya melakukan ekspansi ekonomi, dengan menanam investasi di negera-negara terbelakang dan berkembang seperti di Afrika dan Amerika Selatan. China tidak ingin melakukan ekspansi militer seperti yang diperkirakan selama ini (contoh di Kepulauan Spratly, Laut China Selatan relatif dingin-dingin saja). Dengan harga minyak mentah murah, China merasa tidak perlu untuk ekspansi militer, tetapi mereka bisa terus menumpuk cadangan minyak buminya, dalam simpanan mereka, di dalam bumi. Ekspansi militer justru datang dari Rusia, yang tiba-tiba menyerbu Ukraina dan mempertahankan Siria dengan kekuatan militernya. Namun belum terlalu jelas apa motivasi Putin, kecuali untuk membuktikan bahwa Rusia masih sebagai negara superpower, dan tidak bisa diembargo oleh dunia barat, secara semena-mena. Jepang akan terus disibukkan dengan perekonomian di negerinya dan usia penduduknya yang semakin menua. Resultante dari semua ini adalah sebuah dunia dengan julukan “G-Zero”. Terminologi ini adalah kata yang digunakan untuk sebuah dunia, yang tidak mempunyai pemimpin seperti G-7 atau G-20 seperti selama ini.
Kemampuan pemimpin masing-masing negara, individu dan kewirausahaan
Dengan tidak adanya pemimpin dunia dan campur tangan asing, maka masing-masing negara akan menggantungkan kemajuan dan kesuksesan negerinya, kepada kinerja pemimpin negeri tersebut. Namun yang lebih penting dari itu adalah kemampuan individu dan kewirausahaan (enterpreneur) merupakan kunci bagi kemajuan dunia. Pilihan Presiden Obama dalam Asia-Pacific leadership summit, untuk bertemu secara khusus dengan Jack Ma dan juga Aisa Mijeno, daripada ketemu Presiden Putin dan Presiden Xi Jinping, menunjukkan bahwa itulah “arahan” kebijakan Amerika Serikat. Platform kewirausahaan berbasis internet dengan menggunakan sumber daya kreativititas, akan terus berkembang pesat dan perlu dipupuk serta didorong. “Internet of everything” akan terus tumbuh, contohnya di Indonesia adalah Go-Jek. Juga dengarkan wawancara Jack Ma, CEO Alibaba.com, tentang bagaimana membuat sebuah perusahaan logistik bisa untung milyaran US $, dengan menggunakan kiat-kiat seperti Go-Jek. Silahkan juga baca wawancara CEO Microsoft baru, yang akan menggabungkan teknologi Artificial Intelligence, teknologi 3-Dimensi dan teknologi mobile untuk menciptakan teknologi baru yang jauh lebih spektakuler di masa mendatang. Menggunakan beragam platform teknologi baru tersebut akan merupakan kunci bagi keunggulan kewirausahaan di masa mendatang.
Hengki
Itb77@bhaktiganesha.or.id