Ketika Fahri Hamzah lebih dimuliakan daripada para asatidz
By: Junaedi Putra
By: Junaedi Putra
singkat saja ya. afwan sama sekali bukan bermaksud merasa lebih mulia dari Fahri Hamzah. sama sekali tidak. beliau orang hebat, bukan sekadar kader inti, bahkan anggota DPR, bahkan terkenal berani bicara lantang membela kebenaran, bahkan salah satu pendiri partai. adapun al faqir ilallah hanyalah kader biasa yang bukan anggora DPR, hanya anggota DPRa. ya kita beda di huruf "a" bang fahri. ^_^
hanya saja melihat gelagat yang kurang baik belakangan saya jadi berpikir. apa yang salah sebenarnya?
kader dakwah yang dulunya terkenal dengan kebagusan akhlaqnya jadi seperti orang yang tidak pernah kenal majelis ta'lim padahal katanya setiap hari halaqoh.
kader dakwah yang dulunya terkenal dengan kebagusan akhlaqnya jadi seperti orang yang tidak pernah kenal majelis ta'lim padahal katanya setiap hari halaqoh.
dinamika dalam organisasi adalah hal yang wajar. menjadi tidak wajar ketika kita justru secara membabibuta membala orang yang sama sekali bukan ulama dan serta merta menyalahkan sekian banyak ulama demi memuaskan hawa nafsunya.
akhi fillah, apa yang terjadi sehingga kau sedemikian meradang?
kau katakan Fahri tak pantas dikeluarkan?
lalu kau anggap ustadz Mashadi, ustadz Yusuf Supendi, ustadz M Haikal Mufied, dan para asatidz lainnya itu layak dikeluarkan?
dimana timbanganmu ketika menilai sesuatu. kalian ridho para ustadz itu dikeluarkan dengan alasan mereka tidak taat pada aturan jama'ah, lalu kenapa kalian tidak ridho Fahri dikeluarkan dengan alasan yang sama?
atau kalian anggap fahri lebih mulia dari semua ulama itu sehingga harus diperlakukan berbeda? atau aku harus menukar otakku agak bisa memahami logikamu yang tak bisa dipahami manusia biasa?
akhi fillah, apa yang terjadi sehingga kau sedemikian meradang?
kau tuntut aku agar membela fahri, dan kau anggap fahri tak bersalah?
lalu kau anggap para anggota majelis SYuro, BPDO, dan para ulama itu semuanya bodoh?
sehingga dalam waktu yang sedemikian lama akhirnya membuktikan kesalahan fahri dalam banyak persidangan internal?
kau kira mereka semua yang membuat keputusan itu semuanya bodoh dan hanya fahri yang kalian anggap cerdas?
sehingga dalam waktu yang sedemikian lama akhirnya membuktikan kesalahan fahri dalam banyak persidangan internal?
kau kira mereka semua yang membuat keputusan itu semuanya bodoh dan hanya fahri yang kalian anggap cerdas?
kalian sampaikan bahwa fahri sudah membuat pembelaan, sehingga layak dibela
ehm. akhi, jika orang sudah sampai pada tahap mengungkit-ungkit jasanya untuk jama'ah, lalu menyebut-nyebut kedudukannya dalam jama'ah saat ia membela diri itu menunjukkan apa?
menunjukkan kemuliaan diri? atau sebaliknya? coba tanya hati kecilmu.
menunjukkan kemuliaan diri? atau sebaliknya? coba tanya hati kecilmu.
ketika Umar dikritik oleh seorang wanita tentang pembatasan jumlah mahar, umar menerima kritik itu dan tidak menyebut-nyebut jasa dan kedudukannya segala.
kalian anggap fahri lebih mulia dari umar?
kalian anggap fahri lebih mulia dari umar?
kalian gugat keputusan itu dengan logika yang kalian paksakan
kalian katakan bahwa umar pernah menentang keputusan abu bakar tapi abu bakar tidak langsung memecatnya dengan alasan tidak taat.
kalian katakan bahwa umar pernah menentang keputusan abu bakar tapi abu bakar tidak langsung memecatnya dengan alasan tidak taat.
istighfar akhi. jangan buat pembelaan dengan memutarbalikkan fakta. kisah yg antum bawakan itu justru hujjah atas kalian sendiri. coba lihat ketika umar berselisih paham dg Abu Bakar, umar mengajukan dalil. namun ketika dalil itu dijelaskan oleh Abu Bakar dg dalil yg lebih kuat, lalu Umar mengakui keputusan Abu Bakar benar. coba lihat, ini adalah hujjah diatas hujjah yg kalian putar balikkan.
lihat, umar diberi dalil yg lebih kuat langsung menerima. adapun fahri? berkali2 dinasihati tak jua didengar bahkan berkali2 janji tak ditepati. itu yg kalian bela?
lihat, umar hanya berhadapan dg Abu Bakar yg sendiri. abu bakar rajul, wa umar rajul harusnya umar bisa menentang, adapu fahri dia menentang begitu banyak ulama yg menasihatinya sembari mengungkit jasanya. itu yg kalian bela?
lihat, umar itu ulamanya sahabat dan abu bakarpun demikian. adapun fahri jika dibandingkan dengan para ulama itu?
lihat, umar hanya berhadapan dg Abu Bakar yg sendiri. abu bakar rajul, wa umar rajul harusnya umar bisa menentang, adapu fahri dia menentang begitu banyak ulama yg menasihatinya sembari mengungkit jasanya. itu yg kalian bela?
lihat, umar itu ulamanya sahabat dan abu bakarpun demikian. adapun fahri jika dibandingkan dengan para ulama itu?
lalu untuk membela Fahri kau rendahkan kedudukan ulama dengan membenturkannya dengan Nabi, Bahkan Allah. kalian katakan bahwa para ulama itu bukan Nabi, bukan Tuhan.
ittaqullah akhi, istighfar. jika mereka saja bukan nabi dan bukan tuhan, apalagi fahri? apa kalian yang mau anggap fahri nabi dan Tuhan sekaligus?
jika kalian anggap para ulama itu bisa salah, APALAGI FH?
jika kalian anggap para ulama itu bisa salah, APALAGI FH?
kenapa gaya argumen kalian jadi mirip orang liberal begini sih?
kalian katakan bahwa fahri ingin menguji "legalitas" majelis syuro ke menkumham, lalu kalian dukung hal ini.
ya Allah, beginikah cara menyelesaikan masalah?
hanya karena dinasihati, tidak terima malah menggugat legalitas.
jika demikian, nanti jika orang tua kalian marah kepada kalian coba katakan "saya mau uji DNA, apakah benar anda adalah bapak saya". berani? kenapa tidak berani?
lah itu tahu bahwa sikap itu tidak beradab, kenapa kalian bela mati-matian?
hanya karena dinasihati, tidak terima malah menggugat legalitas.
jika demikian, nanti jika orang tua kalian marah kepada kalian coba katakan "saya mau uji DNA, apakah benar anda adalah bapak saya". berani? kenapa tidak berani?
lah itu tahu bahwa sikap itu tidak beradab, kenapa kalian bela mati-matian?
dengan jurus dewa mabok lalu cari dalih lain, mencari2 alasan bahwa fahri tak pantas dikeluarkan karena kader yg lain juga banyak yg melakukan kesalahan.
akhi, sampai kapan kau mau berdalih? selesaikan dulu satu pembahasan baru bahas hal lain.
perihal ada kader yg melakukan kesalahan, maka harus dilihat tingkan dan jenis kesalahannya itu apa, lalu ditimbang apakah masuk dalam kategori pantas untuk dikeluarkan atau tidak. bukan hantam kromo. dan yg pantas memutuskan itu ya pihak yang berwanang dalam jama'ah, bukan perorangan.
perihal ada kader yg melakukan kesalahan, maka harus dilihat tingkan dan jenis kesalahannya itu apa, lalu ditimbang apakah masuk dalam kategori pantas untuk dikeluarkan atau tidak. bukan hantam kromo. dan yg pantas memutuskan itu ya pihak yang berwanang dalam jama'ah, bukan perorangan.
jika setiap orang yg melakukan kesalahan lantas harus disikapi dg cara yg sama dg FH yg dikeluarkan, maka ana dan antum semua pantas dikeluarkan. kenapa? karena selama menjadi anggota jama'ah bukankah kita pernah melakukan kesalahan?
kalian katakan bahwa tsiqoh itu tidak mungkin terwujud tanpa al fahmu.
na'am. tapi kalimat ini menjadi kalimatu haqqin yuridu bihal bathil (kalimat yang benar namun dimaksudkan untuk hal yang tidak benar)
benar bahwa untuk sampai ke tahapan tsiqoh tentunya kita harus faham, ikhlas, beramal, dll. nah justru jika kita tidak bisa tsiqoh itu adalah bukti bahwa kita belum faham, belum ikhlas, dan belum beramal dengan baik. nah jika demikian, pantaskah kita mengatakan bahwa para ulama itu salah dan FH yang benar?
benar bahwa untuk sampai ke tahapan tsiqoh tentunya kita harus faham, ikhlas, beramal, dll. nah justru jika kita tidak bisa tsiqoh itu adalah bukti bahwa kita belum faham, belum ikhlas, dan belum beramal dengan baik. nah jika demikian, pantaskah kita mengatakan bahwa para ulama itu salah dan FH yang benar?
jika ucapan kalian itu benar, lalu kenapa kalian begitu tsiqoh kepada Fahri hamzah, dan begitu su'udzon kepada para ulama itu?
seandainya tidak takut membuat kalian bosan tentu akan kuperpanjang pembahasan ini. semoga Allah memberikan hidayah bagi kita semua untuk kembali kepada kebenaran.
tapi wallahi para ustadz yg sudah keluar dari jama'ah ini jauh lebih baik, jauh lebih berilmu, dan jauh lebih besar kontribusinya terhadap jama'ah ini daripada fahri. jika kepada mereka yg sangat berjasa bagi jama'ah ini saja, boleh dikeluarkan ketika tidak mengikuti aturan, apalagi fahri?
sudahlah, dakwah akan tetap berjalan dengan ataupun tanpanya.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (16) إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18) [ق: 16 - 19]
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” “(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” “Dan datanglah sakaratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaaf: 16-19)
وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ [يونس: 61]
“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur'an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarah (atom) di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Al Lauhmahfuz).” (QS. Yunus; 61)
“Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Qur'an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarah (atom) di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Al Lauhmahfuz).” (QS. Yunus; 61)
wallahu a'lam bisshowwab
Sebagian orang mempelajari beladiri untuk bisa melindungi
diri dari kejahatan, ada pula karena alasan kesehatan, ada pula yang Cuma
sekadar ingin cari teman dan relasi. Apa sebenarnya tujuan belajar dan berlatih
beladiri? Dapatkan jawabannya di tulisan berikut:
Dapatkan informasi seputar beladiri di sini
Terima kasih telah membaca artikel tentang Ketika Fahri Hamzah lebih dimuliakan daripada para asatidz di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.