Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com
Powered by Blogger.

Sekali Lagi Tentang Inshaaf

Sekali Lagi Tentang Inshaaf

Ditulis oleh Ustadz Hafidhin Ahmad Luthfie

1. Inshaaf merupakan kata atau istilah yang berhubungan dengan keadilan. Para ahli bahasa arab bahkan dengan tegas mengatakan "inshaaf" maknanya adalah adil. Dikatakan اَنْصَفَ فُلاَنٌ maknanya ia adil (lihat Al-Mu'jam Al-Wasiith, Edisi 4, 2004, halaman 926).

2. Inshaaf mencakup dua kondisi; inshaaf pada diri sendiri (inshaaf ma’a nafsihi) dan inshaaf pada orang lain (inshaaf ma’a ghairihi)

3. Inshaaf pada diri sendiri adalah dia memandang dirinya secara proporsional. Dia mengakui bahwa dia adalah manusia biasa yang punya kelebihan dan kekurangan; bisa benar dan bisa salah; serta bisa berlaku adil dan berlaku zhalim.

4. Memang berat sekali orang berkata dengan jujur dan berani tentang dirinya, “Na’am, saya telah salah dan kamu yang benar”, “Saya akui bahwa saya sudah berlebihan”, atau “Terus terang saya telah taqshir dalam menjalankan kewajiban dan amanah.”

5. Tetapi ada orang-orang yang bisa mengatakan semua itu dengan mudah dan ringan. Hal itu menandakan dirinya telah diberikan kesabaran tingkat tinggi. Sifat itu mengindikasikan kesempurnaan iman dalam dirinya. Perangai itu membuktikan dirinya memiliki kesadaran tinggi akan aib, taqshir, dan dosa. Hadits yang berbunyi, “Setiap anak Adam pasti berbuat salah,” selalu tergiang di telinganya. Ucapan bijak, “al insaanu mahallul khatha-i wan nisyaani” (manusia adalah tempatnya salah dan keliru), terpatri dalam di pikirannya.

6. Tak heran dia senang ada orang datang memberikan nasehat. Dia bersyukur masih ada orang yang mau menunjukkan kesalahannya. Dia cepat membenahi diri, memohon ampun, dan menyatakan taubat bila telah berbuat keburukan atau menganiaya diri sendiri sebagaimana digambarkan dalam Surat Ali ‘Imraan ayat 135. Orang yang munshif pada akhirnya dia sibuk dengan banyak aib yang ada dalam dirinya sehingga dia tak punya waktu untuk membicarakan aib si Fulan dan si ‘Allan. “Thuubaa liman syaghalahu ‘aibuhu ‘an ‘uyuubin naas” (berbahagialah orang yang disibukkan dengan aibnya sendiri daripada aib-aib orang lain).

7. Setiap kali dia bersikap inshaaf dia selalu teringat manusia agung pujaan hatinya. Dialah Rasulullah saw yang merupakan “imaamul munshifiin” (imamnya orang-orang inshaaf). Benar beliau saw adalah manusia yang paling inshaaf. Meski beliau adalah manusia yang paling utama dan paling tinggi kedudukannya di hadapan Allah swt namun beliau saw menyatakan bahwa “saya adalah manusia biasa seperti kamu”. Tak segan beliau mengatakan, “Kamu lebih tahu tentang urusan duniamu”, pada sahabat-sahabatnya sendiri.

8. Yang kedua, inshaaf pada orang lain adalah dengan menahan diri tak mendebat orang atau tak segan minta maaf sekalipun dirinyalah yang benar. Bahkan dia berangan-angan kebenaran muncul dari lisan orang yang menyelisihinya dan juga musuhnya. Diriwayatkan dari Imam Asy-Syaifi’i ucapannya, “Tidaklah aku mendebat seorang pun kecuali aku meminta kepada Allah swt agar menampakkan kebenaran dari lisannya.” Ucapan itu mengambarkan betapa besarnya sifat inshaaf dalam diri Imam Asy-Syafi’i. Baginya tak penting siapa yang bisa menampakkan kebenaran. Paling penting bisa sampai pada kebenaran dan bisa mengikutinya.

9. Selain itu, dia memperlakukan orang lain dengan sebaik yang bisa dilakukan. Dia khawatir telah menzhalimi orang lain. Tanpa segan dia mengumumkan pada khalayak, “Wahai manusia, siapa yang pernah saya zhalimi hendaklah ia mengambil haknya”.

10. Bahkan musuh yang sudah mengingkari perjanjian dan melakukan perang sekalipun diperlakukan dengan adil dan inshaaf. Kemarahan dan kebencian tak menjerumuskan dirinya pada kesewenangan dan melampaui batas. Petunjuk Allah swt sudah jelas, “Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari masjidil haram, mendorongmu berbuat melampaui batas.” (Q.S. Al-Maaidah: 2)

Terima kasih telah membaca artikel tentang Sekali Lagi Tentang Inshaaf di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :

  • Awas Radikalisme Sekuler
  • Apa Benar Umat Islam Tidak Lagi Umat Pemaaf?
  • PUASA RAJAB
  • KESALAHAN LOGIKA
  • AL-GHAZALI, PERANG SALIB, DAN KEBANGKITAN ISLAM
  • Memilih Takdir Kepemimpinan (Taushiyah Ustad Anis Matta pada Rakernas KA-KAMMI)
  • INDAHNYA TAGHOFUL
  • CARA MENGHILANGKAN EGO (KE-AKU-AN)
  • Sembilan Adab Menjadi Orang Kaya
  • Pahlawan Kaum Muslimin
  • Artikel terkait :

    Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com