Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com
Powered by Blogger.

Ratusan Santri Tahfidz asal Indonesia Mendapat Beasiswa di Turki

Ratusan Santri Tahfidz asal Indonesia Mendapat Beasiswa di Turki

GATRAnews  -   Kamis, 15 Oktober 2015 19:42   |Eropa

Istambul, GATRAnews - Saat ini, tercatat 213 santri asal Indonesia tengah menempuh pendidikan tiga tahun Tahfidz Al-Quran di berbagai cabang Pesantren Sulaimaniyah di sejumlah kota di Turki. Terdiri 172 santri putra dan 41 santri putri.  Saat berangkat ke Turki, mereka sudah harus hafal 30 juz Al Qur’an. Sebelum ke Turki, mereka menempuh pendidikan 1 sampai 2 tahun di belasan cabang Pesantren Sulaimaniyah di Indonesia.

Selama di Turki, selain pendalaman tahfidz, santri juga mendapatkan pendidikan kajian-kajian ilmu keislaman, seperti Fiqih, Aqidah, Tarikh, Tasawwuf, Sharf dan Nahwu, Hadits, Tafsir, Ilmu Mantiq, Bahasa Arab, Fiqih 4 Madzhab, Ushul Fiqih, Ushul hadits, Ushul Tafsir, Ilmu Faraidh, Syarhi Aqaid, Syarhi Mantiq, Tasawwuf dan juga Bahasa Turki.

Mereka para penerima Program Beasiswa Tahfidz Al-Quran (PBTQ), hasil kerja sama Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama dan United Islamic Culture Centre of Indonesia (UICCI), pengelola pesantren Sulaimaniyah.  Pesantren ini memiliki ratusan cabang di berbagai negara, termasuk belasan di Indonesia.

“Pemerintah Indonesia hanya memberi tiket dan uang saku. Selebihnya, untuk makan, biaya pendidikan, biaya baju dan buku-buku, dan lainnya, ditanggung Pesantren Sulaimaniyah,” kata Ahmad Zayadi, Kasubdit Pendidikan Diniyah Kemenag RI.  

Meski secara fikih menganut Madzhab Hanafi, sementara mayoritas muslim Indonesia menganut madzhab Syafi’iyah, spirit keagamaan di Pesantren Sulaimaniyah yang berbasis tasawuf dan tarekat, memiliki banyak titik temu dengan pesantren arus utama di Indonesia. “Tahun ini, kami akan mengajarkan fikih Syafiiyah pada santri asal Indonesia, agar ketika mereka kembali ke Indonesia nanti, tidak ada masalah saat mengabdi kepada masyarakat,” kata Hakan Soydemir, Presiden UICCI cabang Indonesia. 

Kerja sama Ditjen Pendidikan Islam dan UICCI dimulai sejak 2010, selama 4 tahun,  dan diperpanjang tahun 2014, untuk empat tahun berikutnya. Program ini bertujuan menghasilkan santri hafal Al-Quran 30 juz, memiliki kemampuan bidang kajian ilmu-ilmu Islam berbasis kitab kuning, serta kemampuan berbahasa Arab dan Turki. 

Seleksi beasiswa dilakukan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren secara serempak pada 18 provinsi: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan DKI Jakarta. 

Pada tahun 2010, dari 250 santri, diseleksi 27 anak. Tahun 2011 (58 santri), tahun 2012  (119 orang), tahun 2013 (303 orang), dan tahun 2014 (325 orang). Totalnya, sampai tahun 2014, sebanyak 832 santri, terdiri 626 santri putra dan 206 santri putri. Dari angkatan 2010-2015, sudah 1296 santri mengikuti program ini. 

Syarat Mendapat Beasiswa Tahfidz

Para santri mengikuti pendidikan dua tahun di beberapa cabang Pesantren Sulaimaniyah di Indonesia, kemudian diseleksi untuk mengikuti pendidikan 3 tahun di Turki. Di Turki, mereka mendalami tahfidz Al-Quran, pengetahuan keagamaan Islam, serta kemampuan berbahasa Arab dan Turki.

Ada dua kelompok program: usia 18-22 tahun dan usia 13-18 tahun. Santri program tahfidz kelompok usia 13-18 tahun syaratnya telah menyelesaikan hafalan Al-Quran 1 juz, sekurangnya Juz ‘Amma (Juz 30), serta lancar membaca al-Quran sesuai kaidah yang baik dan benar. Mereka mengikuti pendidikan di Indonesia selama dua tahun. Santri program tahfidz kelompok usia 18-22 tahun syaratnya telah hafal 30 juz. Mereka mengikuti pendidikan di Indonesia lebih pendek, hanya 1 tahun, kemudian ikut seleksi ke Turki, untuk menempuh pendidikan 3 tahun. 

Setelah menyelesaikan pendidikan di Turki, santri PBTQ wajib mengabdi sekurang-kurangnya satu tahun. Saat ini, dari lebih seribu santri yang sudah terseleksi mondok di Indonesia itu, terdapat 213 (172 putra dan 41 putri) santri yang sedang melanjutkan pendidikan program di Pesantren Sulaimaniyah Turki.  

Alumni PBTQ saat ini tercatat 45 santri. Mereka tersebar mengabdi di beberapa beberapa pesantren tahfidz di Indonesia dan di luar negeri yang dikerjasamakan dengan UICCI. Di dalam negeri, mereka tersebar di Klaten, Surabaya, Yogyakarta, Jakarta, Lumajang, Temanggung, Puncak-Bogor, Aceh, Palembang, Ciputat (Tangsel), Sumenep, Kalimantan dan Medan. 

Di luar Negeri, mereka berada di Turki, Malaysia dan Suriname. Ada juga beberapa alumni yang kini mengabdi sebagai ustadz di Turki. Mereka ada yang sudah 5 sampai 7 tahun. Alumni pendidikan usia SMA/MA yang berminat melanjutkan studi ke perguruan tinggi, difasilitasi mendapat ijazah persamaan.

Rabu (14/10), di sela mengkuti 1st  Asia & Pasific Countries Muslim Religious Leaders’ Summit, di Istanbul, Turki, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin, mengunjungi Pesantren Sulaimaniyah di Kota “Pertemuan Dua Benua” itu. Sehari sebelumnya, saat pembukaan Summit, Menag mempromosikan model pendidikan pesantren, sebagai strategi peningkatan kualitas SDM muslim untuk memecahkan promblem umat Islam di berbagai negara. 

Lokasi Summit di Istanbul sisi daratan Eropa, sementara asrama Pesantren Sulaimaniyah di Istanbul bagian Asia. Menag melintasi Jembatan Bosporus sepanjang 1,09 kilometer, di atas selat Bosporus yang memisahkan bekas ibu kota Kekhalifahan Turki Usmani itu. Di asrama pesantren berlantai delapan yang rapi bersih mirip hotel bintang tiga, Menag yang didampingi pejabat Konjen RI di Istanbul, Harlan H. Hakim dan Kasubdit Pendidikan Diniyah, Ahmad Zayadi  dan Sekretaris Menag, Khorul Huda Basyir, disambut pimpinan Pesantren dan ratusan santri asal Indonesia.

Menag menyuntikkan motivasi dan semangat pada para santri. Sebagian besar santri lulusan MTs/SMP. Ada juga lulusan SMK, bahkan sarjana UI, dan juga ada santri yang memperkenalkan diri pada Menag, baru berusia 12 tahun, asal Depok Jawa Barat. “Sudah berapa lama di Turki?” tanya Menag saat dialog. “Dua bulan,” jawab santri bernama Hilmy Amirul Mukminin itu. “Betah di sini?,” tanya Menag lagi. “Betah,” jawab Hilmy, singkat, sambil tersipu malu. 

“Saya ingin mengajak Saudara sekalian bersyukur terhadap apa yang kita sedang jalani. Ingatlah, begitu banyak saudara kita di tanah air, teman kita, yangmemiliki keinganan yang sama untuk bersekesampatan mengenyam pendidikan di Turiki, tapi tak semua bisa mendapatkan kesempatan,” kata Menag. 

“Syukuri nikmat yang luar biasa ini dengan cara menjaga dan memelihara sebaik-baiknya,” Menag menambahkan.  “Caranya, belajar sebaik-baiknya, agar cepat menyelesaikan pendidikan ini dan kembali ke tanah air serta mampu menyebarkan ilmu yang kita dapatkan.” Menag kembali menekankan, “Bersyukurlah berkesampatan bisa belajar di Sulaimaniyah. Turki adalah bangsa besar yang punya peradaban panjang.

Penulis: Asrori SK


Banyak yang merasa kagum dengan performance para bintang kungfu di dunia entertainment. Apakah kungfu hanya gerakan indah, lentur dan bertenaga seperti yang kita saksikan di film? Temukan Jawabannya di artikel berikut:

Dapatkan informasi seputar beladiri di sini
Terima kasih telah membaca artikel tentang Ratusan Santri Tahfidz asal Indonesia Mendapat Beasiswa di Turki di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :

  • Awas Radikalisme Sekuler
  • Apa Benar Umat Islam Tidak Lagi Umat Pemaaf?
  • PUASA RAJAB
  • KESALAHAN LOGIKA
  • AL-GHAZALI, PERANG SALIB, DAN KEBANGKITAN ISLAM
  • Memilih Takdir Kepemimpinan (Taushiyah Ustad Anis Matta pada Rakernas KA-KAMMI)
  • INDAHNYA TAGHOFUL
  • CARA MENGHILANGKAN EGO (KE-AKU-AN)
  • Sembilan Adab Menjadi Orang Kaya
  • Pahlawan Kaum Muslimin
  • Artikel terkait :

    Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com