Dalam ceramah di salah satu televisi swasta, Syaikh Ali Jaber mengungkapkan makna tersembunyi di balik ritual adzan di telinga bayi yang baru lahir dan shalat jenazah bagi mayat yang siap dikubur. Pelajaran yang dapat diambil adalah lama kehidupan manusia di dunia seperti jarak antara waktu adzan dengan shalat. Singkat. Hal yang sama juga diungkap oleh Rasulullah SAW ketika menyampaikan bahwa kehidupan di dunia bagaikan seorang musafir yang sedang beristirahat di bawah pohon. Selesai beristirahat perjalanan dilanjutkan. (1)
Tidak seorangpun yang mengetahui kapan dan di mana ia akan wafat. Jika seluruh manusia sudah mengetahui jadwal kematiannya masing-masing, hal tersebut tidak akan memperbaiki wajah dunia. Mengapa demikian? Karena manusia akan menyusun jadwal kapan ia akan maksiat dan kapan ia berhenti. Hasilnya? Dunia makin carut marut. Ada yang bergegas untuk melalukan segala kemaksiatan, tidak perduli hak orang lain terzhalimi atau rusaknya alam. Sementara di sisi lain ia akan berjumpa dengan manusia yang sama kepentingannya, yaitu mendapat untung besar semata dan atau berbuat kerusakan. Tambah kacau? Ya.. Saat sudah mendekati ajal barulah mereka akan mendatangi masjid dan pengajian untuk cuci tangan dan minta ampun pada Allah SWT.
Tidakpun demikian skenario yang ada, ternyata banyak manusia-manusia korup dan zhalim layaknya fir'aun di masa jaya dan kuasa, setelah rambut memutih dan keriput mendatangi berbagai rumah ibadah, bersuci diri berharap pengampunan dan masuk surga. Paradox. Lupa bahwa harta yang dikumpulkan berasal perbuatan zhalim pada manusia dan keberanian mengangkangi hukum Allah. Bagi mereka kehidupan sesederhana slogan "Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk sorga."
Namun ada satu dimensi kehidupan yang kerap dilupakan dan itu mutlak rahasia Allah, yaitu diterimanya amal dan dijawabnya doa. Tertipu. Itulah yang dapat disampaikan pada mereka. Apakah cucuran air mata jaminan qabulnya amal dan ijabahnya doa? Apakah berlawanan dengan hadits "Aku sebagaimana sangkaan hambaKu padaKu.."? (2). Sama sekali tidak. Namun hendaklah perhatikan hadits lain di mana Rasulullah SAW bersabda tentang seseorang yang lama bepergian, rambutnya kusut, berdebu dan menengadahkan kedua tangan ke langit, "Rabbi.. Rabbi..." padahal makanannya haram, minumnya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan yang haram, bagaimana doa nya akan dikabulkan?" (3)
Dengan tidak bermaksud menghilangkan optimisme, saya hanya berpesan, "Berharap wajib, mematut diri harus." Wallahu a'lam.
(1) Hadits diriwayatkan Ahmad (1/391) dan at Tirmidzi (2377) dari Ibnu Mas'ud ra.
(2) Hadits diriwayatkan Bukhari (7405) dan Muslim (2675) dari Abu Hurairah ra.
(3) Hadits diriwayatkan Muslim (1015) dari Abu Hurairah ra.
Terima kasih telah membaca artikel tentang Merencanakan kebaikan (1) di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.