Atau apa yang akan anda persiapkan jika lusa ada ujian? Apa anda nekat tidak belajar? Kecuali seorang yang dikaruniai talenta tertentu, saya pikir semua orang akan belajar. Untuk apa? sekali lagi, mematut diri.
Apa yang anda lakukan jika anda punya hajat pada seseorang? Apa yang anda lakukan jika anda meminta maaf pada seseorang? kira-kira sama, mematut diri. Khususnya untuk meminta, tidak jarang orang yang butuh selain mematut diri juga memuji-memuji orang yang diharapkan pertolongan atau maafnya. Tidak jarang pula ada yang sengaja merendahkan diri agar terlihat betapa butuh ia akan hajatnya tersebut.
"Dan pakaianmu, sucikanlah" (1) begitulah Allah memerintahkan kita untuk mematutkan diri secara fisik dan bathin. Secara fisik pakaian haruslah bebas dari najis dan atau kotoran lain yang berpengaruh pada bentuk, warna dan bau. Hakekatnya, pakaian haruslah didapat dengan cara yang halal dan dipakai sesusai aturan syariat. Jangan ada kebingungan filosofis, "lebih baik tidak pakai jilbab tapi baik akhlaqnya dari pada pake jilbab tapi nyakitin hati", yang hampir kongruen dengan pendapat "lebih baik makan daging babi dari uang halal dari pada makan kambing dengan uang haram".
Kedua hal di atas jelas bukan pilihan orang yang beriman, karena orang beriman memiliki pakaian lain yaitu taqwa. "...dan pakaian taqwa, itulah yang baik." (2)
Saudaraku, pakaian adalah hal paling terluar dari tubuh kita. Telanjang. Itulah kita tanpanya. Menurut adab paling umum sekalipun, orang yang keluar rumah tanpa pakaian akan dimaklumi jika.. ia gila. Tanpa pakaian, seseorang akan disebut gila, aneh atau jika pun sadar akan dikatakan sebagai tidak tahu aturan, atau mungkin mau buat aturan sendiri.
Hakikatnya, hal terluar dari diri kita yang dapat teridentifikasi sebagai jati diri kita adalah akhlaq dan amal kita. Manusia teridentifikasi dengan amal dan karakternya. Seorang tukang judi maka adakalanya diberi julukan "penjudi", yang suka miras dinamai "pemabok", yang rajin ke lokalisasi akan disanjung dengan sebutan "pezina", yang malas disebut "pemalas", yang suka marah disebut "pemarah" dsb.
Taqwa disebut pakaian karena dia lah yang menjaga kemanusiaan kita dan lebih jauh lagi melanggengkan kriteria sebagai hamba Allah. Definisi taqwa sesederhana tujuannya, yaitu "Menjalankan yang wajib dan meninggalkan yang dilarang" tidak lebih, tidak kurang. Seorang disebut bertaqwa jika 2 kualitas tersebut ada pada dirinya. Kebanyakan dari manusia ada pada ranah "mengerjakan yang wajib, namun belum bisa meninggalkan yang dilarang"; atau di ranah "tidak 100% mengerjakan yang wajib dan tidak 100% meninggalkan yang dilarang".
Di benang merah inilah maka akan kita temui orang yang masih shalat namun rajin silaturahmi ke lokalisasi, apanya yang salah? Yang salah adalah ke lokalisasinya. Apakah shalatnya sia-sia dan tidak ada nilainya? Hanya Allah yang tahu. Yang jelas dia sudah mengerjakan kewajiban, adapun ada larangan yang dikerjakan itu sepenuhnya urusan dia dengan Allah. Namun menurut yang selama ini saya pahami, zina termasuk dalam kategori dosa besar, di sisi lain shalat adalah hal pertama yang akan dihisab oleh Allah SWT di yaumul qiyamah.
Dengan logika yang sama maka kita menyikapi "Tidak pake jilbab tapi dermawan", apakah lebih baik dari sebaliknya? Yang jelas tidak memakai jilbab adalah tidak mengerjakan yang wajib, urusannya kembali pada Allah SWT. Yang jelas Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan kebaikan hatinya, begitu pula makhluq yang mendapat manfaat darinya. Namun menurut yang saya pelajari selama ini jilbab untuk wanita dewasa adalah perintah Allah SWT, sebagaimana sifat dermawan adalah akhlaq nya Rasulullah SAW.
Dari sudut pandang inilah maka taqwa adalah komitmen terhadap proses untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. Makin banyak menanam benih-benih kebaikan dan memberantas hama yang berjuluk ketidaksempurnaan, kelalaian dan kemungkaran. Tidak ada yang salah dengan menisik lubang-lubang di baju, namun jauh lebih baik jika yang sudah rusak diganti.
Pernyataan besar untuk kita semua, "Sudahkah kita berpakaian dengan layak?" "Sudah sesuaikah tempat yang kita tuju dengan pakaian yang kita kenakan?". Satu pertanyaan terakhir, "hendak ke mana kita...?"
(1) QS. Al Muddatstsir : 4
Terima kasih telah membaca artikel tentang Merencanakan kebaikan (2) di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.