Kemarin saya memposting foto salah seorang capres yang disertai dengan
ungkapan yg bermotif SARA. Banyak comment. Dan yang menarik, mungkin
karena masih suasana religius di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini,
rata2 comment yang masuk justru mengasihani anak ini.
Saya pribadi adalah orang yang yakin bahwa akun yang memuat foto itu
adalah akun fb bodong, dengan modus, baru dibuat, foto yang dipasang
biasanya foto perempuan yang membuat kaum pria jadi agak usil untuk
meng-klik nya. Seperti biasa pula setelah meng-klik dan melihat isi
postingan yang terjadi adalah kaget dan sharing postingan tersebut di
wall fb pribadi. Dan bisa ditebak dengan pertemanan saya yang sudah di atas 3500 orang
pasti akan banyak komen yang masuk.
Apakah ini tentang isu perpecahan dan adu domba? Saya pribadi melihat
bisa iya bisa tidak. Namun menurut saya ini adalah misi "tasting the
water" dan "knowing your enemies and friends.. And who will be to
be.."
Ada pihak yang berkepentingan melihat situasi paska pilpres. Apakah
situasi saat ini sudah cukup matang untuk menciptakan suatu "kegiatan
kreatif" atau masih perlu eskalasi lebih lanjut. Testing yang paling
mudah tentunya melalui sarana media sosial. Tidak ada pergerakan massa
yang tentu saja lebih besar resiko dan tentu saja biaya. Yang bermain
hanya opini/ide dan tentu saja yang diharapkan adalah reaksi yang dapat
dipetakan.
Seperti kita ketahui negeri kita multi etnis dan kepercayaan, yang
secara tidak langsung akan menumbuhkan persaingan dalam semua lini.
Jangankan untuk memilih presiden, untuk memilih indonesian idol saja
para pemirsa di tanah air pasti memasukkan unsur primordial seperti
agama dan suku, bukan semata siapa yang lebih jago menyanyi. Jadi amat
naif dan bodoh bagi para capres dan partai penyokongnya untuk tidak
memainkan isu SARA dalam urusan dukung mendukung ini. Ini realitas
bangsa Indonesia, untuk lip services oke lah pada ngomong jual program
dan persatuan. Realitas jualan popularitas dan SARA. Tidak perlu malu
mengakui ini, karena manusia bukan makhluq bebas nilai. Oleh sebab itu
pula untuk testing the water ini, opini paling mudah dimainkan adalah
dengan memasukkan isu SARA.
Berbicara reaksi, yang paling mudah terlihat adalah siapa mendukung
siapa. Kedua adalah kualitas dukungan. Ketiga siapa saja yang masih bisa
dipengaruhi atau tidak. Dari sini baru bisa dipetakan tindakan apa yang
tepat untuk mencapai tujuan. Misalnya adalah hal yang sia2 mempengaruhi
saya dan teman2 PKS untuk memilih pasangan no. 2. Tidak mungkin. Begitu
juga sebaliknya. Prabowo masuk pesantren pasti akan menciptakan citra
positif, berbeda misalnya dengan pasangan No. 2 yang memaksakan diri umroh dengan
cara berpakaian ihram terbalik. Hanya mengundang bully lebih lanjut.
Terlalu jauh jika menganggap posting2an macam ini akan berpengaruh
terhadap keutuhan NKRI. Orang-orang yang masih sibuk dengan gadget saya
pikir agak sulit untuk berlaku anarkis, karena selfie masih merupakan
kegiatan yang lebih menarik dari pada demo di KPU.
Singkatnya ini cuma test aja, gak usah terlalu serius. Sebagaimana
tujuan saya menaruh postingan di wall fb ini. Lihat apa saya pernah
menanggapi comment teman2. Tidak pernah sama sekali, karena saya juga
lagi testing the water..
Terlepas dari test case tersebut, satu hal yang dari dulu belum berubah adalah perilaku umat Islam yang baru merasa punya agama kalau sudah di-bully sampai tingkat yang paling rendah. Kalau ada masjid dilempari kotoran, jangankan jama'ah masjid, orang yang sehari-hari mabuk, berjudi dan berzina pasti tidak ada yang segan turun tangan dalam membela agamanya. Begitu pula di media social kurang lebih sama. Jadi kesimpulannya masih tetap sama, kalau mau bikin ribut ya begitu caranya...
Terima kasih telah membaca artikel tentang AGENDA DI BALIK POSTING BERNUANSA SARA AKUN NIMMIN AND FRIENDS di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.