Makin banyak teman-teman di media sosial yang memberi julukan pelacur
pada lembaga-lembaga survey bayaran yang secara massive memenangkan
salah satu capres. Apa ada yang salah pelacur? Pelacur adalah penjual
jasa, bahkan dianggap sebagai profesi dan saat ini diberi job title
"pekerja seks komersial" atau PSK. Tapi walaupun sesama penjual jasa
tentu saja profesi lain seperti dokter, pengacara, akuntan dll tidak
akan mau disamakan dengan PSK. Mereka pasti merasa lebih terhormat
profesinya dibanding PSK.
Apa yang menyebabkan profesi PSK dianggap lebih rendah dibandingkan
profesi yang lain. Karena yang dijual oleh PSK adalah sesuatu yang
seharusnya tidak boleh diperjualbelikan. Karena yang menjadi modal
dagang PSK adalah kehormatan dan kesuciannya yang seharusnya ia jaga.
Karena hampir sebagian besar wanita tidak ingin menjadi PSK. Karena
seorang pria normal tidak ingin ibu, istri, anak dan saudara
perempuannya menjadi PSK.Karena tidak ada negara yang memiliki
kementerian PSK. Karena seluruh agama tidak ada yang menganjurkan
pemeluknya menjadi PSK.
Kita sampai pada satu kesimpulan bahwa menjual jasa yang seharusnya
tidak akan pernah dijual akan berakibat pada tercorengnya kehormatan
diri dan profesi.
Sudah merupakan kelaziman bahwa kita membayar sejumlah uang jasa pada
orang-orang tertentu dengan profesi tertentu pula. Misalnya kita akan
sangat menganggap wajar membayar jasa dokter, pengacara dan akuntan.
Mengapa kita yakin dengan profesi tersebut? Karena seluruh profesi itu
legal dan memiliki standar dalam menjalankan operasionalnya. Untuk dapat
dianggap menguasai standar operasional tersebut seseorang harus
berinvestasi waktu untuk menimba ilmu di berbagai lembaga pendidikan.
Untuk menjaga kualitas tidak jarang institusi negara atau asosiasi
profesi mengadakan ujian persamaan untuk profesi tersebut. Apa terkesan
sulit? Memang sulit, karena di sini negara menjaga bukan saja konsumen
sebagai pemakai jasa, namun juga pemegang profesi dari berbagai tuntunan
hukum dan moral. Ini pula sebabnya mengapa profesi-profesi lain tidak
ada yang mau disamakan dengan PSK, yang tidak harus menempuh pendidikan
dan memiliki standar. Setiap wanita bisa jadi PSK, syaratnya cuma satu,
yaitu nekad.
Terkait lembaga survey, sejatinya mereka ada lembaga yang berdasar pada
kaidah-kaidah ilmiah. Riset dan survey yang diadakan memiliki
konsiderasi yang cukup kuat secara ilmu statistik. Apa yang dilakukan
oleh lembaga survey sebenarnya mirip dengan akuntan, yaitu menyampaikan
opini sesuai fakta yang ada berdasarkan disiplin ilmu dan standar yang
berlaku. Tidak seperti pengacara yang sangat mungkin berimprovisasi atau
seperti dokter masih mungkin memberikan alternatif terapi dan pemberian
obat.
Namun ada perbedaan besar antara pemakai jasa dokter/pengacara dengan
pemakai jasa akuntan/survey, yaitu tingkat kebutuhan. Pasien yang datang
ke dokter bisa dipastikan pasrah bongkokan pada dokter, apapun yang
dokter katakan pasti dijalani. Karena hal ini terkait dengan kesehatan
atau bahkan hidup mati diri sendiri atau orang-orang yang dicintai dan
itu semua memerlukan penanganan yang segera.
Saya pernah mengalami sendiri bagaimana panik dan pasrahnya saya kepada
dokter ketika anak pertama saya jatuh dan pohon dan tangannya robek
sekitar 20 cm, sampai terlihat tulangnya karena terkena jeruji pagar.
Dokter bilang beli benang jahit, saya beli. Dokter bilang beli obat anu,
saya beli. Dokter bilang mesti puasa dulu karena mau operasi, anak saya
tidak saya kasi makan selama 9 jam. Kenapa nurut? Karena saya tidak
bisa bertindak apa-apa untuk menyembuhkan anak saya, yang tahu caranya
cuma dokter. Kenapa percaya dokter? Karena dokter sekolahnya aja lama..
Lalu bagaimana dengan lembaga survey? Ternyata posisinya terbalik, yang
lebih butuh adalah penyedia jasa daripada pemakai jasa. Mereka berjualan
ide dan berusahan meyakinkan client bahwa ide dan jasa mereka cukup
layak untuk dipakai dan tentu saja dengan imbalan rupiah yang "masuk
akal". Posisi client mereka cukup kuat, karena rata2 pemakai jasa survey
mampu membuat alternatif kegiatan substitusi lainnya. Posisinya tidak
terlalu butuh. Kalau ada syukur, klo gak ada ya gak papa. Sedangkan
sebagai penjual, posisi mereka tidak begitu bagus, pertama kegiatan
pemilihan presiden dan kepala daerah bukanlah kegiatan yang sering
dilakukan. Yang kedua jasa mereka tidak terlihat hasilnya secara
langsung, berbeda dengan money politic yang sesuai tujuan. Ketiga
dibutuhkan grand strategi yang secara massive harus dikerjakan secara
simultan yang melibatkan media elektronik, sosial media dll sehingga
berakibat pada tingginya biaya operasional. Konsekuensinya mereka harus
menemukan tuan besar dengan kekuatan keuangan raksasa.
Ketika mereka mendekati tuan besar ini posisi tawar mereka semakin
rendah, kalau bisa saya katakan tidak lebih sebagai jongos. Pengabdian
mereka semata karena uang. Etika pada disiplin ilmu yang selama ini
didengung-dengungkan akhirnya cuma berakhir di ungkapan wani piro.
Padahal untuk seorang ilmuwan, etika inilah aurat dan kehormatan mereka
yang tidak layak diperjualbelikan. Anda bisa menemukan benang merahnya
dengan topik pembahasan kita sebelumnya?
Semoga..
Terima kasih telah membaca artikel tentang LEMBAGA SURVEY PELACUR di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.