Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com
Powered by Blogger.

SIRAH - PEMBOIKOTAN PADA KAUM MUSLIMIN - HIKMAH

Menurut saya sejarah pemboikotan kurang mendapat perhatian dari para sejarawan. Pembahasan tentang pemboikotan berkisar pada masalah ketabahan dan kesabaran Rasulullah SAW, para sahabat dan juga kabilah Bani Hasyim. Semua itu benar, namun menurut saya ada hal-hal yang jauh lebih menarik, di antaranya:

Pemboikotan yang dialami kaum muslimin secara umum memang merupakan sunnatullah perjuangan. Semakin meluas skala perjuangan, semakin meningkat tribulasi eksternal yang dihadapi. Ini merupakan tantangan setiap pejuang untuk memperbaiki sisi internal yang sejatinya adalah wilayah yang dapat di-manage. Kegagalan me-manage sisi internal adalah hulu dari hancurnya penanganan eksternal. Tapi mungkin yang perlu dicermati adalah cobaan bukanlah suatu kegagalan dalam menangani masalah-masalah eksternal yang muncul, tapi lebih pada pendewasaan dan pengayaan. Disebut gagal jika pejuang tidak melakukan apapun dalam merespon tantangan eksternal. Respon menujukkan adanya kehidupan dan pergolakan internal. Tidak ada kata kalah ketika respon masih ada. Apakah respon tersebut mampu atau malah gagal menghadapi tantangan, itu adalah masalah momen peradaban. Jika kesempitan merupakan kegagalan, maka periode Makkah adalah periode gagal. Namun yang kita saksikan dalam panggung sejarah, Rasulullah SAW sangat piawai memainkan berbagai instrumen untuk memuluskan risalah yang beliau emban, dan itu bukanlah kegagalan. Itu kita namakan Dakwah, dan  kita bangga menyebutnya Jihad.

Pemboikotan adalah sebuah moment pergerakan yang membuat perjuangan Rasulullah SAW menjadi tidak sama seperti sebelumnya. Beliau mengambil langkah-langkah tidak terduga yang bernilai strategis sebagai bentuk respon dari kondisi, karena pemboikoitan membuat bukan hanya membuat kehidupan para sahabat menjadi sempit namun yang lebih penting lagi, boikot adalah langkah untuk mengerdilkan dakwah setidaknya dari 2 aspek:
1. Sosial
Pemboikotan membuat Rasulullah dan dakwahnya berada di satu daerah yang bernama Syi'ib Bani Abdul Muthalib. Tidak ada ke sana dan tidak ada yang boleh keluar dari sana. Sejarah tidak menyebutkan secara persis siapa inisiator utama pemboikotan ini, namun saya bisa pastikan ia adalah seorang yang sangat cerdas.

Dakwah memerlukan objek, adanya boikot membuat dakwah kehilangan sasaran. Siapa yang mau didakwahi? Siapa yang mau dengar? Siapa yang bisa terpengaruh? Tidak ada. Bahkan dengan kesulitan harian yang mereka hadapi, praktis para sahabat hanya bisa melewati hari demi hari seperti dalam penjara. Walaupun tidak ada referensi yang menyebutkan, saya pribadi yakin Rasulullah SAW dan para sahabat masih berdakwah pada kabilah Bani Hasyim yang masih kafir. Saya fikir agak sulit mengharapkan mereka masuk Islam sementara gara2 mendukung Islam hidup mereka jadi susah, padahal mereka bukan muslim, tidak ada keuntungan ideologis bagi mereka. Sudah untung mereka tidak mau menyerahkan Rasulullah SAW untuk dibunuh dan turut menderita karenanya. Dari berita sejarahpun tidak ada keterangan satu orang kafir pun dari Bani Hasyim yang masuk Islam.

Praktis dakwah mengalami stagnasi dalam perluasan, namun meningkat secara kualitas, karena tiap tantangan pasti akan makin mengasah kualitas dari para sahabat. Tapi di sini pula saya perlu kagum terhadap Bani Hasyim yang masih kafir namun mau bersabar dengan berbagai ujian tersebut. Mereka rela berkorban demi persaudaraan dan kekabilahan. Katakan ini adalah semangat jahiliyah, namun bukan sembarang semangat, tapi semangat yang diwarnai dengan kesabaran. Sabar dengan kesempitan hidup dan kelaparan selama 2-3 tahun untuk sesuatu yang mereka tidak dapatkan balasan baik di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan kaum muslimin yang bersabar terhadap ujian tersebut yang insya Allah diganjar pahala dan keridhaan oleh Allah SWT dan terus dipuji, diingat, disebut nama-nama mereka di tengah kaum Muslimin hingga hari ini. Tapi perlu diingat bahwa dakwah ini adalah risalah akhir zaman yang harus mampu menyentuh setiap orang di dunia ini, bagaimana mungkin dakwah yang HARUS besar ini dikerdilkan di pojok kota Makkah? Rasulullah SAW pun berfikir..

2. Ekonomi
Sekali lagi saya terpaksa harus mengungkapkan kekaguman pada arsitek pemboikotan yang tidak pernah dijelaskan oleh sejarah ini. Langkah yang diambil benar-benar brilyan. Tidak cukup hanya mengisolir secara sosial, hal lain yang cukup menohok adalah larangan berjual beli dengan orang2 yang diboikot. Seruan Abu Jahal yang menjamin keuntungan pada para pedagang asalkan tidak berjual beli dengan para orang2 yang diboikot cukup menggembirakan hati para pedagang. Taktik diskriminasi harga ini sampai hari ini masih dipakai di dunia. Apakah untuk menguasai pasar, maupun mematikan saingan.

Kaum muslimin terisolir secara ekonomi. Tidak bisa berdakwah mungkin masih bisa ditahan, tapi bagaimana sabar kalau tidak bisa makan? Apalagi tidak bisa makan hanya karena suatu perjuangan, padahal di depan mata mereka harus berjuang untuk sekadar dapat hidup. Tidak dakwah tapi masih hidup mewah atau berkecukupan mungkin masih banyak yang mau, apalagi kalau tetap bisa dakwah dan hidup mewah seperti yang banyak dialami oleh para da'i seleb di zaman kita sekarang. Berdakwah tapi hidup pas-pasan itu jalan hidup pejuang, tidak dakwah dan hidup pas-pasan adalah kehidupan rata-rata orang di indonesia.  Tapi dipaksa tidak bisa dakwah dan dipaksa miskin ini adalah jalan hidup pembuat peradaban.

Namun dakwah bukan untuk adu kuat dengan kekuatan yang anti dengannya. Tujuannya ada rahmat untuk semesta alam. Perlawanan yang muncul adalah ekses negatif, bukan tujuan. Ibarat kita butuh api, namun asap akan selalu mengikuti. Ketika perlawanan masih bersifat person to person mungkin masih bisa diabaikan seraya mengharap pahala. Tapi ketika perlawanan sudah tereskalasi menjadi upaya sistematis menghancurkan bangunan yang sudah eksis, maka sabar diinjak bukan jawaban. Rasulullah SAW pun berfikir..

Pembuat skenario boikot ini amat jeli, mampu melihat ke depan dan pemikirannya sangat strategis. Ia mampu memprediksi bagaimana jadinya jika kaum muslimin menemukan basis sosial yang tepat ditambah dengan kemampuan finansial yang kuat, yang mampu membiayai kekuatan militer? Bentuk itu di masa kini dinamakan negara. Di mana bertemu tiga dasar pengakuan politis: sosial, ekonomi dan militer. Dan hal itu pula yang hendak dituju Rasulullah SAW jika mau dakwah ini bisa menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tapi sebelum triascivilika ini bertemu, sang inisiator boikot sudah berusaha meng-intercept gerakan ini. Rasulullah SAW yang juga tak kalah cerdasnya sudah melihat upaya ini dan segera membuat shifting dalam pergerakan. Langkah yang membuat dakwah Islam memasuki babak baru.

Langkah strategis yang diambil Rasulullah sebagai counter attack dari langkah yang diambil sang inisiator boikot pun harus bisa mengantisipasi sesuatu yang hendak dihancurkan oleh sang inisiator,  yaitu kehancuran aspek sosial sosial dan ekonomi. Tapi untuk dapat rebound ternyata ada satu titik tolak yang harus dilalui yaitu harus bisa keluar dari skenario pemboikotan. Dan untuk keluar dari skenario ini ternyata Rasulullah SAW pun tidak bisa menemui jalan buntu. Jalan keluar ternyata berasal dari Allah SWT yang melunakkan hati-hati kaum musyrikin Quraisy yang merasa tidak tega dengan penderitaan Bani Hasyim, sehingga mereka sendiri yang berinisiatif membatalkan pemboikotan tersebut dan ditegaskan pula dengan hancurnya piagam pemboikotan oleh rayap yang juga dikirim oleh Allah SWT.

Artinya jelas. Dakwah ini milik Allah, untuk menyeru manusia padaNya dan Allah pula yang akan membela dakwah ini. Ketika kesulitan sudah mencapai puncak dan tidak ada lagi manusia yang dapat menyelesaikannya, maka harapan kita hanya pada Allah SWT Sang Pencipta Asbab dan Pemilik Alam Semesta ini. KepadaNya lah kita bertawakkal setelah usaha dan sabar kita kerahkan.

Bertawakkal artinya kita menyerahkan urusan kita pada Allah. Namun tentu kita harus berhitung, se-istimewa apa kedudukan kita di sisi Allah? Saya analogikan seperti kita menyerahkan urusan mengurus STNK  pada biro jasa. Kenapa kita percaya biro jasa bisa menyelesaikan urusan kita? Karena mereka berpengalaman, dan... Kita memberi upah pada mereka. Bisa saja kita dapat gratis jika kita punya hubungan baik atau hubungan keluarga dengan mereka. Secara aqidah kita yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan apa yang Allah SWT tidak akan bergeser sedikitpun, kita juga yakin bahwa siapa saja yang menolong Allah akan ditolong pula olehNya, sebagaimana ditegaskan di surat Muhammad ayat 7:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

"Wahai orang-orang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."

Di satu sisi kita punya keyakinan tersebut, namun di sisi lain kita punya apa untuk diserahkan pada Allah, sedangkan Allah adalah Rabbul 'alamin. Pemilik alam semesta, bukan Allah yang butuh kita, tapi kita yang butuh Allah. Janganlah kita berfikir bahwa Allah butuh terhadap ibadah yang kita lakukan, sedangkan tata cara beribadah itu pun diciptakan Allah SWT untuk manusia, supaya manusia bisa menuju padaNya. Satu-satunya hal yang dapat kita upayakan adalah berusaha meningkatkan posisi kita di sisi Allah sebagaimana hadits qudsi tentang Wali Allah:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : إِنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، وَلاَ يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَلَئِنْ سَأَلَنِي لأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لأُعِيْذَنَّهُ
[رواه البخاري]
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhya Allah ta’ala berfirman : Siapa yang memusuhi waliku maka Aku telah mengumumkan perang dengannya. Tidak ada taqarrubnya seorang hamba kepada-Ku yang lebih aku cintai kecuali dengan  beribadah dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hambaku yang selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan nawafil (perkara-perkara sunnah di luar yang fardhu) maka Aku akan mencintainya dan jika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepadaku niscaya akan aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi “
Kelengkapan hadits ini adalah:

وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِيْ عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ

Aku tidak pernah ragu-ragu terhadap sesuatu yang Aku kerjakan seperti keragu-raguan-Ku tentang pencabutan nyawa orang mukmin. Ia benci kematian dan Aku tidak suka menyusahkannya.

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Imam Bukhâri, no. 6502; Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyâ' , I/34, no. 1; al-Baihaqi dalam as-Sunanul Kubra, III/346; X/219 dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, no. 1248, dan lainnya

Setelah membawakan hadits ini, al-Baghâwi t mengatakan, "Hadits ini shahih."

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits shahih yang diriwayatkan dari Rabb-nya. Kemudian beliau bawakan hadits di atas.[1]

Hadits ini –walaupun diriwayatkan oleh Bukhâri rahimahullah dalam kitab Shahîhnya- termasuk hadits yang diperbincangkan para ulama karena ada rawi yang lemah. Namun hadits ini shahih karena ada syawâhid (penguat-penguat)nya, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh al-Albâni rahimahullah dalam Silsilatul Ahâdîts ash-Shahîhah, no. 1640.

Pembahasan hadits secara lengkap dapat dirujuk ke :

http://haditsarbain.wordpress.com/2007/06/09/hadits-38-wali-allah/
http://almanhaj.or.id/content/3604/slash/0/hadits-yang-paling-mulia-tentang-sifat-sifat-wali-wali-allah/

Dari hadits di atas jelas bahwa penyerahan urusan kita pada Allah tergantung posisi kita sebagai hamba di sisi Allah SWT. Adalah sesuatu hal yang tidak masuk akal jika seseorang bertawakkal hanya mengandalkan asbab duniawi kemudian berprasangka setelah itu ia bisa bertawakkal karena telah berusaha. Terbalik! Konsepnya adalah kita memantaskan diri dulu di sisi Allah dan kemudian berusaha mencari asbab duniawi yang bertebaran di muka bumi. Berapa banyak dari kita yang mendahulukan doa kemudian baru berusaha?  Abu Bakar ash Shiddiq ra. adalah manusia yang memiliki  kedudukan yang istimewa di sisi Allah SWT dan juga amat dicintai oleh Rasulullah SAW, namun beliau memiliki adab yang luar biasa pada Allah. Jika beliau membutuhkan garam, maka hal pertama yang beliau lakukan adalah memintanya lebih dulu pada Allah SWT, karena pada hakekatnya seluruh apa yang ada di alam ini adalah milikNya, kemudian baru mengupayakan asbab duniawi untuk mendapatkannya. Inilah konsep tawakkal yang sempurna.

Pelajaran besarnya untuk seluruh manusia apakah ia orang biasa apalagi jika ia seorang da'i, wajib bagi kita untuk terus menerus berusaha meningkatkan kualitas internal terutama dalam masalah aqidah, ibadah dan bermuamalah yang baik pada manusia. Semua ini tidak lain adalah agar kita mendapat ridha dari Allah dan memiliki kelayakan untuk bisa bertawakkal pada Allah. Karena tawakkal adalah konsep memantaskan diri di sisi Allah, bukan konsep pasrah tanpa usaha.

Wallahu a'lam.
Terima kasih telah membaca artikel tentang SIRAH - PEMBOIKOTAN PADA KAUM MUSLIMIN - HIKMAH di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :

Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com