Ketika Dakwah Memilih Demokrasi
Demokrasi adalah kompetisi, kontestasi kepentingan, baik jahat ataupun baik
Demokrasi adl instrumen politik untuk menentukan siapa yg layak memimpin dan berkuasa
Suka tidak suka pada hari ini demokrasi adl pilihan yg kita pilih, kita memilih demokrasi sbg instrumen dakwah kita, maka lahirlah partai dakwah
Sampai hari ini kita masih meyakini bahwa demokrasi adl pilihan instrumen dakwah kita
Demokrasi punya cara main sendiri, ada nilai positif dan negatif, ada mudharat dan maslahat bagi dakwah...
Kita meyakini positif dan maslahatnya lebih banyak bagi dakwah daripada negatif dan mudharatnya
Demokrasi selalu punya efek negatif dan mudharat, tdk bisa hilang, tp bisa dikendalikan, itulah politik kita hrs punya banyak cara utk mengendalikan efek negatif dan mudharat
Di situlah dinamikanya, mengatur strategi, mengatur siasat dan mengeksekusi keputusan2 agar kepentingan dakwah menang
Tapi demokrasi adl kompetisi, kontestasi kepentingan, bahkan perang "value"...perang nilai...
Nilai-nilai yg kita yakini baik, blm tentu baik menurut yg lain...nilai2 dakwah akan berkompetisi dg nilai-nilai selain nilai dakwah...
Partai dakwah sbg pengusung nilai2 dakwah siapkah melanjutkan kompetisi selanjutnya? Setelah "badai" menimpa partai dakwah?
Atau "tawaquf" (berhenti sejenak) dan "cooling down"...?
Badai dahsyat memang sempat memporak pondakan barisan dakwah...
Tapi barisan dakwah masih kuat bertahan, luka mungkin masih ada, tapi masih bisa dibawa berlari...
Barisan dakwah adl barisan yg kokoh, barisan dakwah di tempa dan di bentuk utk menjadi pemenang, bukan pecundang...
Bertarung bukanlah pilihan...tapi keharusan...barisan dakwah akan selalu melawan kazhaliman dan ketidak-adilan...karena itu barisan dakwah menamakan dirinya dg kata "keadilan" dan "sejahtera"
"Keadilan" adl identitas dan misi melawan kezhaliman, karena "keadilan" adalah antitesis dr "kezhaliman"
"Sejahtera" adl identitas dan misi Rahmatan lil 'alamin, manjadi rahmat bagi semua...
Berbagai cara dan upaya banyak dilakukan utk menjebak barisan dakwah agar tidak "vocal" dlm menyuarakan kebenaran...agar tawaquf melihat kazhaliman
Politik itu kotor, demokrasi itu sekuler, kampanye itu riya, fund rising itu syubhat, menang itu siasat, atau issue2 lainnya yg kadangkala membuat "ragu" barisan dakwah dlm mengambil sikap dan langkah...
Padahal barisan dakwah selalu diajarkan utk "komitmen" dg kebenaran, "konsisten" dlm perjuangan dan "tidak ghurur (tertipu)" dalam jebakan citra...
Buat apa kita menjaga citra yg di ciptakan oleh orang lain tetapi sesungguhnya kita sdg di "bungkam"
Buat apa kita bangga dg citra yg diciptakan oleh org lain tetapi sesungguhnya kita sdg dimandulkan dlm melawan kezhaliman...
Buat apa kita menjaga citra yg di ciptakan oleh orang lain tetapi sesungguhnya kita sdg "dimiskinkan"
Apakah kita harus menari di gendang orang lain???
Mentalitas da'i adalah mentalitas "fighting"...
Kegelisahan da'i adl kegelisahan seorang Umar bin Khattab ketika melihat ketidakadilan...
Kesedihan da'i adl kesedihan Khalid bin Walid ketika tdk menemukan kemenangan dlm pertempuran dg tetap tawaqal thd takdir
Kekhawatiran da'i adl kekhawatiran terhadap ummat yg diam ketika melihat kemungkaran dan kezhaliman...
Kekuasaan dan kepemimpinan bukan bonus yg di nanti, tapi hrs di perjuangkan...
Kekuasaan dan kepemimpinan apabila bukan orang-orang soleh yg merebutnya maka akan direbut oleh orang-orang yg tdk soleh...
Demokrasi harus dimenangkan oleh orang-orang soleh, kalau tdk dimenangkan oleh orang2 soleh maka akan dimenangkan oleh musuh orang2 soleh...
Kemenangan butuh strategi, taktik dan perencanaan selain doa yg tulus dan pertolongan Allah SWT...
Barisan dakwah sdg dalam ujian, aman di zona "nyaman" atau melangkah bertarung menuju gelanggang dg membawa kebenaran walaupun ada citra yg terabaikan???
المسلمون الذين لا يهتمون بالسياسة يحكمهم سياسيون لا يهتمون بالمسلمين
"Orang Islam yg tidak peduli dengan Politik, akan dipimpin oleh Politikus yg tidak peduli pada orang Islam."
(Dr. Najmuddin Erbakan)
@irfanenjo
18 November 2015