Umar Tilmisani
Dikutip dari tulisan Ust. Suryadarma, Lch
Saya tidak tahu apa posisi kekaderan Umar Tilmisani, mursyid aam ketiga, ketika banyak ikhwah mengadukan kebiasaannya merokok ke Imam Syahid. Yg jelas pd pertemuan penting dmn keputusan jamaah akan diambil beliau aktif didalamnya dan kadang duduk berdampingan Imam Syahid. Beliau merokok sementara "pangkatnya", berdasar dugaan saya krn sll mendampingi Imam Syahid pd pengambilan keputusan penting, sudah banyak bintang kalo dlm bhs kita hari ini.
Ketika ikhwah mengadukan kebiasaan beliau merokok, Imam Syahid hanya tersenyum. Saya tidak tahu kenapa bila kelakuan unik Umar Tilmisani selalu ditanggapi dgn senyum oleh Imam Syahid ? Ketika pertama kali bertemu dgn Imam Syahid, beliau cerita bahwa pertemuan berlangsung di sebuah ruang tamu yang berdebu. Waktu Imam Syahid keluar untuk berjabat tangan dg Umar Tilmisani, Imam Syahid tersenyum renyah menyaksikan Umar lagi sibuk menepuk nepuk jasnya yang necis untuk mengenyahkan sapuan debu dr jasnya yg mahal.
Di lain waktu, saat naik kereta bersama, Imam Syahid tertawa melihat Umar menundukkan kepalanya agar tidak terlihat orang banyak dr jendela kereta. Umar Tilmisani, pengacara top, tinggal di rumah berkamar 14 bh luas-luas, dan di halamannya yg hamparannya berhektar hektar itu ditanami semua jenis bunga yg dikenal di Kairo waktu itu, kini duduk di gerbong kelas tiga kereta api. Umar si pengacara flamboyan itu malu jika terlihat melakukan perjalanan dgn tiket termurah. Tapi untunglah, Umar Tilmisani pernah menulis begini, "Akhirnya saya baru mengerti, ketika ikhwah memikulkan amanah berat jabatan mursyid, bahwa senyum Imam Syahid itu kira kira artinya seperti ini, Umar sekarang silahkan kebiasaanmu tampil serba flamboyan itu kamu nikmati sebesar besarnya. Satu waktu, jangankan perkara pakaian, perkara nyawa sekalipun akan enteng kala amanah dakwah yang kamu pikul berhadapan dengan tantangan dan rintangan."