Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com
Powered by Blogger.

MAEN GERAK

Maen rasa sebenarnya suatu tahap pertarungan setelah kita menguasai jurus dasar, kecepatan dan refleks. Jadi bisa saya katakan mustahil bisa maen rasa kalau jurus dasarnya masih acak adut. Apalagi kalau gerakan dasarnya masih belum sempurna.

Saya banyak sekali memori dengan guru kungfu saya, Master Gatut Suwardhana. Sewaktu ujian, kalau gerakannya belum pas di hatinya dia, pasti disuruh ulang terus sampe menurut beliau gerakannya pas di hati. Jadi ukuran bagusnya jurus adalah kalau diri kita sendiri yang memperagakan jurus dan yang melihatnya enak. Jika kita sendiri yang peragain jurus masih gak enak apalagi yang ngeliat. Satu2nya cara mencapai gerakan yang baik adalah pengulangan yang disertai penghayatan.

Waktu saya belajar Thifan Po Khan dari Ust. Pupu Marfudin di sana ada tradisi latihan 40 kali balikan jurus tiap hari. Dengan catatan 1 jurus sekitar 2-10 gerakan atau tergantung tingkatnya. 1 tingkat biasanya harus menguasai 5-10 jurus. Jadi 1 kali balikan 10 gerakan x 10 jurus atau 100 gerakan. Kalau diulang 40 kali berarti 400 jurus atau 4000 gerakan. Ipar saya sewaktu jadi muridnya Bang Yosis - Bandar Karima dan pernah juga belajar di Tajimalela, latihan mukul 1000 kali pukulan/tendangan. Bruce Lee sendiri tiap hari 5000 kali tendangan, belum latihan fisik lainnya yang juga gila2an. Bruce Lee pernah bilang, "Saya gak takut sama orang yang punya 1000 jurus, saya lebih takut sama orang yang punya 1 jurus tapi dilatih 1000 kali."

Setelah gerakan dasar dan jurus dikuasai dengan baik, baru belajar kecepatan dalam berjurus. Tapi intinya adalah tidak mungkin bisa berjurus dengan cepat kalau belum hafal gerakan, apalagi jika belum benar gerakannya. Tujuan dari belajar kecepatan adalah berjurus dengan cepat dan benar, tidak terputus dengan berfikir. Dan yang lebih penting lagi adalah menyelesaikan jurus dengan target waktu tertentu. Tiap perguruan punya cara2 khusus untuk meningkatkan kecepatan gerak yang biasanya terkait treatment otot dgn kondisi dan atau beban tertentu. Misalnya latihan memukul api lilin sampai mati, latihan berbagai jenis pukulan sambil pegang dumbel, latihan moving target seperti di tinju dll.

Jika sudah bisa berjurus dengan benar dan cepat tanpa berfikir, maka latihan selanjutnya adalah latihan refleks. Tujuan refleks adalah otomasi, artinya jika terjadi satu kondisi yang sesuai dengan peruntukan jurus, maka tanpa berfikir lagi kita sudah tahu apa yang harus dilakukan. Misalnya posisi dicekik, dari pada fokus pada buka cekikan mending langsung korek mata atau tepak biji pelir. Klo masih mikir mau bikin apa berarti belum refleks. Guru saya selalu bilang "Klo kamu masih mikir berarti masih belajar, Kesuwen rek..!"

Maen rasa tingkatannya di atas refleks. Kalau refleks ada di maqam otomasi, sedangkan permainan rasa ada di maqam "weruh sak durunge winarah" (tahu sebelum terjadi). Bukan maksudnya main di area perdukunan, tapi ini adalah hasil latihan yang lama dan sungguh2. Saya benar2 mengalaminya waktu silaturrahim ke rumah salah seorang sesepuh Gerak Saka yaitu Bang Nani. Belum kaki terangkat buat nendang, tangan beliau sudah nyampe duluan di muka saya. Pukulan blm separo jalan dia sdh ada di belakang saya. Kata beliau "Kan terasa tenaga ente agak kurang tekanannya di tangan ane, pasti kan mau gerak yg lain. Kalau ngilang ke arah bawah berarti mau nendang, klo dada keliatan gerak berarti mau mukul." Saya nyaut, "Kok bisa tau ane mau nendang atau mukul (padahal kalau kita nendang bisa jadi otot dada dan pinggang juga bergerak untuk keseimbangan dan kalau kita mukul bisa jadi kaki juga melangkah)?" Beliau jawab pendek, "Ane kan latihan gerak dari tahun 75." Dalam hati ane ketawa, "Tahun segitu kite baru lahir, die sdh belajar gerak.." Hehehe..

Untuk melatih rasa sendiri tiap perguruan punya caranya masing2. Kalau perguruan yang berdasar pada shaolin atau butong yang aslinya berdasar pada agama buddha dan taoisme biasanya dimulai dari "merasakan" diri sendiri dulu. Metodenya bisa meditasi statis atau meditasi dinamis seperti di Qigong atau Taiji. Setelah bisa "merasakan" energi diri sendiri baru belajar "merasakan" energi orang lain, misalnya dengan metode tempel tangan seperti Chi Sao di aliran Wing Chun, Tui Shou di aliran Taiji Quan dan sub2 alirannya serta Rou Shou di aliran Ba Gua Zhang.

Dengan modal merasakan tenaga lawan ini praktisi rasa bisa berlatih tempel tangan dengan mata tertutup. Bahkan ada sebagian praktisi yang merasa terganggu konsentrasinya jika berlatih rasa dengan mata terbuka. Di Gerak Saka, walaupun tidak dianjurkan tutup mata namun kita terbiasa cuma "melirik" lawan. Muke lawan ke mane, muke kite ke mane.

Yang menarik, selama saya belajar di perguruan Gerak Saka, saya belum pernah diajarkan metode untuk "merasakan" diri sendiri, materinya langsung loncat ke "merasakan" orang lain. Apakah ini salah? Yang jelas bela diri  harus aplikatif, bisa dipakai. Dan untuk bisa dipakai, wajib belajar dan berlatih. Jadi yang bener2 salah adalah yang kagak latihan tapi pengen cepet bisa. Selama bermanfaat untuk pribadi kita, berarti ilmu yg dipelajari adalah baik. Apalagi jika di perguruan itu kita bisa menemukan nilai lebih seperti guru yang baik dan  teman2 yang berakhlaq dan saling ukhuwwah. Saya anggap itu surga dunia.

Wallahu a'lam.
Terima kasih telah membaca artikel tentang MAEN GERAK di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :

Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com