Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com
Powered by Blogger.

AMBISI KEKUASAAN

Saya sedang menikmati suasana politik di Indonesia yang sedang memanas ini ketika ada beberapa orang di media sosial mempermasalahkan tentang ambisi salah seorang calon presiden yang sudah berupaya menjadi presiden sejak 5 tahun yang lalu. Sesuatu yang menurut saya menggelikan karena pada kenyataannya presiden yang sekarang sudah menjabat dua kali masa jabatan. Dan selama 15 tahun terakhir orang-orang yang mencalonkan diri sebagai presiden di republik ini adalah muka-muka lama. Kubu merah yang tidak lebih dari partai milik keluarga agak kesulitan mencari calon presiden selain ketua partainya, sedangkan partai kuning selalu dapat berganti capres karena sistem kaderisasi partai yang sudah matang, militer yang sebenarnya dapat selalu berganti calon, namun entah mengapa wajah yang muncul itu-itu saja. Walhasil ketika si merah memajukan muka baru, ada greget lebih dari pencapresan terbaru saat ini.

Pihak yang menganggap negatif ambisi untuk berkuasa, biasanya memiliki kosa kata tertentu untuk menggambarkan ambisi ini misalnya dengan sebutan syahwat politik.Ada lagi ungkapan yang rada intelek dan dikeluarkan juga oleh seseorang yang berhak menyandangnya dengan mencoba membawa angan-angan rakyat pada besaran rupiah yang sudah diinvestasikan calon tersebut 5 tahun yang lalu dalam pilpres sebelumnya dan juga di periode ini. Tentunya penyampaian ungkapan tersebut telah mengalami proses dramatisir seperti, lebih baik membangun sekolah, rumah sakit dan fasum dan fasos yang bermanfaat daripada nyapres melulu tapi gak jadi-jadi.

Jika tidak mau terjadi pemborosan rupiah yang disebabkan oleh proses suksesi pemerintah, seharusnya yang pertama kali dikaji adalah sistem suksesi nya itu sendiri. Sistem suksesi demokrasi adalah sistem suksesi yang terkenal mahal, karena pelibatan seluruh rakyat dan berikut pranta-pranata sosialnya. Untuk bisa dipilih sebagai eksekutif dan legislatif dibutuhkan sosialisasi dan pertarungan ide antar calon, tema-tema abadinya adalah kesejahteraan dan timbulnya rasa aman bagi masyarakat. Setelah proses sosialisasi berjalan, proses administratif demokrasi yang dinamakan pemilihan yang kemudian menentukan siapa yang paling layak dalam memimpin negeri. Idealnya sosialisasi ide dan tokoh yang akan mengeksekusinya ini dilakukan jauh-jauh hari sebelum moment pemilu muncul, namun zaman teknologi instant memiliki logika lain, yaitu uang. Suara ditentukan oleh lembaran rupiah bukan oleh ide orisinal dan kemampuan eksekusi. Namun karena hampir semua orang yang turun dalam proses demokrasi ini memiliki kapital yang kuat, maka pertarungan besaran uang yang diterima bukan satu-satunya penentu. Popularitas menjadi hal utama, bahkan di atas uang.

Proses sosialisasi, meningkatkan popularitas atau bahkan membeli suara membutuhkan dana yang tidak sedikit. Walaupun sudah bisa dipastikan orang-orang yang ikut proses pemilu adalah mereka yang memiliki sumber daya ekonomi yang kuat, namun hanya pejudi saja yang berani mempertaruhkan seluruh hartanya untuk sebuah proses yang tidak diketahui pasti hasilnya. Untuk mengurangi resiko ini, biasanya diadakan sindikasi  pembiayaan pemilu dengan pihak-pihak yang mempunyai dana yang cukup besar. Siapakah yang memiliki dana relatif besar? Mereka adalah kelas pengusaha. Dan inilah sebabnya sudah  merupakan kelaziman calon penguasa akan berkolaborasi dengan pihak pengusaha.

Permasalahan berikutnya adalah kelompok pengusaha adalah kelompok pragmatis, bukan ideologis. Perhitungan mereka sepenuhnya logis. Pengeluaran pengusaha pada kelompok penguasa bukan dihitung sebagai biaya yang akan mengurangi laba, namun dihitung sebagai investasi jangka panjang yang akan menghasilkan revenue di masa depan. Kepastian mendapatkan revenue harus berbanding lurus dengan kans kemenangan calon penguasa yang mereka pilih di kontestasi pemilu yang artinya juga berbanding lurus dengan kontinuitas revenue yang diharapkan. Oleh sebab itu kelompok ini juga akan mendukung penguasa yang pasti menang daripada yang pasti kalah. Untuk kepastian ini, selain hal-hal yang legal dalam proses pemilu,  tidak jarang calon penguasa dan pengusaha memainkan pakem-pakem yang tidak terpuji, seperti money politic dan kecurangan dalam penghitungan suara. Siapapun yang berada pada posisi pengusaha pasti merasakan hal itu dan mungkin akan sangat memaklumi hal tersebut.

Konsekuensi dari sistem model ini adalah pembagian kue pemenang yang biasanya berbentuk penjatahan proyek-proyek pemerintah. Konsekuensi lainnya adalah rusaknya sistem tender, pemenang tender sudah jelas. Hal yang harus dipikirkan oleh penguasa adalah teknis kemenangan tersebut tidak melanggar hukum. Saya pikir hampir tidak ada di dunia ini demokrasi yang menghasilkan transparansi dalam hal ini.

Oleh sebab itu sekali lagi jika ingin biaya suksesi penguasa menjadi minim, maka pilih sistem selain demokrasi. Sistem suksesi yang paling murah sepanjang zaman adalah kerajaan. Jika Sang Raja meninggal, maka yang dilakukan sistem kerajaan adalah melantik putra mahkota sebagai raja pengganti. Biaya yang dikeluarkan cuma biaya seremonial dan sedikit selametan nasi tumpeng ayam goreng.

Saya punya catatan panjang terkait ambisi. Saya pikir tidak ada yang salah dengan ambisi. Apa jadinya dua ini tanpa ambisi, passion, visi dan misi? Untuk mengerjakan tulisan di blog ini saja, saya harus mengerahkan 4 hal itu. Saya senang membaca, saya berbagi, saya ingin orang tahu apa yang saya ketahui yang mungkin bermanfaat untuk mereka, saya juga ingin agar apa yang saya tulis bisa bermanfaat nanti di akhirat sebagai pemberat amal kebaikan saya, saya ingin meninggalkan hal bisa abadi di benak manusia dan peradaban, jauh setelah tubuh ini hancur dan warisan-warisan fisik  saya habis oleh anak keturunan saya. Apa kemudian berambisi menjadi penguasa adalah hal yang salah? Yang jelas jika kita berambisi menjadi penguasa maka akan ada orang lain yang berambisi untuk itu dan kita tidak tahu persis apakah mereka yang berambisi sebagai penguasa kita kelak adalah orang yang mendukung ideologi saya untuk masuk surga bersama keluarga dan teman-teman yang saya cintai.

Ketika orang Islam ditanya apakah mereka mau jadi penguasa, pasti jawabnya masih ada orang yang lebih tepat menjadi pemimpin daripada dirinya. Ini bukan ungkapan rendah diri, tapi sebuah kesadaran bahwa manusia memiliki kekurangan dan di antara tumpukan kekurangannya itu ia harus memimpin orang-orang yang juga punya banyak kekurangan seperti dirinya dan lebih masalah lagi jika yang dipimpinnya adalah orang yang jauh lebih baik dari dirinya. Persis seperti Abu Bakar ra yang mengajukan Umar bin Khatthab sebagai pemimpin kaum muslimin paska meninggalnya Rasulullah SAW. Namun karena Umar mengetahui bahwa ia bukan siapa-siapa di hadapan Abu Bakar ra maka beliau berkata, "Ulurkan tanganmu, kami akan membai'at dirimu!"

Dalam Islam kekuasaan adalah sebuah janji dari Allah SWT kepada orang-orang yang beriman, bahwa mereka lebih berhak berkuasa dari siapapun di bumi ini.

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik (QS. An Nuur ayat 55)

Orang Islam tidak pernah kuatir dengan siapa penguasa mereka, karena kualitas pemimpin mereka berbanding lurus dengan kualitas keimanan mereka. Sejatinya pemimpin dilahirkan dari masyarakat di mana ia hidup, hukum kehidupan selain manusia telah membuktikannya. Seekor singa akan menjadi pemimpin di kalangan singa dan tentu saja seekor babi hutan akan menjadi pemimpin di komunitas babi hutan. Jika negeri ini belum menemukan calon pemimpin yang baik, ini adalah indikasi masih terlalu banyak orang jahat menginginkan orang jahat yang lain berkuasa. Sebaliknya hal ini juga membuktikan bahwa terlalu banyak orang baik yang belum terekspose kelayakan sebagai pemimpin yang kompeten.

Dari pada membahas apakah ambisi dalam kekuasaan itu terpuji atau tidak, ada baiknya kita membaca kisah Nabi Yusuf yang disebut oleh Allah sebagai kisah terbaik. Kisah ini menunjukkan Nabi Yusuf as tidak segan memuji dirinya sendiri untuk mendapatkan jabatan, di mana ia memiliki kompetensi.

وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ (٥٤) قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الأرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ (٥٥)

Terjemah Surat Yusuf Ayat 54-55
54. Dan raja berkata, “Bawalah dia (Yusuf) kepadaku, agar aku memilih dia (sebagai orang yang dekat) kepadaku.” Ketika dia (raja) telah bercakap-cakap dengan dia, dia (raja) berkata, “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di lingkungan kami dan dipercayai.”
55. Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.”


Sebagai penutup saya akan sampaikan kata-kata mutiara dari guru saya:

"Kita semua ingin punya pemimpin seperti Rasulullah SAW, namun kita sering lupa.. bahwa kita bukan sahabat beliau radhiyallahu 'anhum jamii'an."

Wallahu a'lam.
Terima kasih telah membaca artikel tentang AMBISI KEKUASAAN di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :

Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

1 comments :

ika tidak mau terjadi pemborosan rupiah yang disebabkan oleh proses suksesi pemerintah, seharusnya yang pertama kali dikaji adalah sistem suksesi nya itu sendiri
LukQQ
Situs Ceme Online
Agen DominoQQ Terbaik
Bandar Poker Indonesia

Balas