Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com
Powered by Blogger.

Antara AB, AS dan JK

Di iklim pilpres yang makin dekat ini media memainkan peran penting dalam menyampaikan visi dan misi para calon. Tidak itu saja bahkan pandangan-pandangan orang yang dianggap berpengaruh dan memainkan peranan penting di sekitar capres juga turut meramaikan media. Sebagai orang dekat capres, pastilah orang-orang itu adalah manusia pilihan baik dari segi kecerdasan individual, leadership dan networking.

Dari beberapa berita yang sempat saya baca, terus terang saya merasa kecewa membaca komentar orang yang saya anggap pilihan tadi. Siapa yang tidak kenal dengan Anies Baswedan dan Alwi Shihab? Namun membaca komentar mereka saya merasa ada beberapa dari ucapan mereka tersebut menurut saya tidak layak untuk disampaikan.

Anies Baswedan
Tokoh yang digadang-gadang menjadi menteri pendidikan jika Jokowi menjabat presiden ini memiliki track record yang luar biasa, selain sebagai peserta konvensi capres Partai Demokrat, beliau terkenal sebagai penggagas Gerakan Indonesia Mengajar.

Komentar beliau tentang mengapa ia menjatuhkan pilihan pada Jokowi karena yang bersangkutan adalah orang baik. Memang tidak secara langsung menjelekkan pasangan yang lain, namun kita sangat mengetahui arah tendangan beliau. Beliau berkata, "Orang baik cenderung dipermasalahkan ketika dia ingin masuk ke lingkaran kekuasaan. Tapi lalu orang bermasalah masuk politik, harus dihentikan," Saya tidak mau membahas "kasus" yang sampai sekarang tidak pernah juga di-clear-kan oleh pihak militer dan tidak juga aparat berwenang lainnya di negeri ini. Namun yang jelas sampai dengan hari ini beredar Surat Pemecatan Letjen Prabowo yang banyak pihak meragukan otensitasnya. Namun menurut saya menonjolkan sisi masa lalu yang kelam (yang tidak pernah terbukti dan menjadi polemik hingga hari ini) calon yang satu dan menyanjung "kebersihan" calon yang lain, menurut saya seperti logika sinetron dan film kartun anak-anak. Saya kira kita sedang tidak menonton film Batman yang selalu baik dan musuh2nya seperti Penguin, Ra's al Ghul dan Joker yang pasti buruk. Jadi ini sebab nya kenapa saya katakan komentar AB tidak seperti manusia yang dikaruniai kecerdasan di atas rata-rata manusia di Indonesia. Ini cuma logika bocah yang sedang nonton film Batman.

Bersih tidaknya seseorang di negeri ini bukan hanya tentang narasi pengadilan dan vonis, namun juga tentang persepsi yang dibangun oleh kekuatan media. Dan apa yang kita alami selama 16 tahun ini adalah ketidakjelasan yang pasti tentang status hukum seseorang. Lawan politik beliau pada 16 tahun yang lalu lebih menyukai penggantungan status hukum seseorang dengan hanya melakukan seremonial pencabutan pangkat dan tidak kunjung berani membuka siapa sesungguhnya King Maker kasus kerusuhan 1998. Selama 16 tahun ini rakyat disuruh menilai sendiri apa arti "seremoni lepas pangkat" dari pada mengetahui dengan pasti siapa yang seharusnya masuk bui.

Sementara di pihak lain calon yang didukung AB saat ini menghadapi kasus hukum yang jelas-jelas masih berada dalam kewenangannya, namun entah mengapa KPK dan Kejagung seakan-akan mandul dan hanya berani menangkap kasus-kasus pesanan. Yang terakhir jadi layak dipertanyakan adalah kasus SDA terhadap dana penyelenggaraan haji. Hebat sekali KPK langsung geledah sana geledah sini, tapi kenapa tidak melakukan hal yang sama terhadap kasus bus transjakarta karatan. Hanya berani sampai di second layer, tidak sampai menyentuh first layer. Persis seperti kasus Century dan Hambalang. Belum lagi akhlaq mulia calon capresnya AB yang mangkir dari panggilan Bawaslu supaya mempertanggungjawabkan pelanggaran pemilu yang dilihat semua orang di negeri ini. Wow.. (Catatan: hari sabtu lalu akhirnya Jokowi mendatangi Bawaslu setelah 2 kali mangkir)

Jadi pertanyaan saya adalah "Apakah karena yg satu buruk yg lain pasti baik?" Baik buruk di negeri ini sesuai dengan yang dipersepsikan media dan tentunya para pemilik modal yang asyik memainkan bidak-bidaknya.

Alwi Shihab
Beliau terkenal sebagai cendikiawan muslim terkemuka, meraih 2 gelar doktoral dan pernah mengajar di Harvard University pastilah bukan orang sembarangan. Saudara-saudara kandung beliau seperti Quraisy Shihab (pakar tafsir) dan Umar Shihab (salah satu ketua MUI Pusat) tentu sudah tidak asing bagi telinga kita. Beliau pernah menjabat sebagai menteri luar negeri di era presiden Gusdur dan menko kesra di era SBY-JK.

Saya tidak tahu harus berkomentar apa ketika membaca ucapan beliau di media yang mengangkat masalah SARA. Memprovokasi warga NU dengan isu Wahabi saya kira bukan tindakan bijak. Ini di luar ekspektasi saya, kalau yang mengangkat isu ini orang-orang pinggiran dengan tingkat intelektualitas seperti saya, mungkin masih bisa saya maklumi. Tapi beliau ini doktor dari luar negeri pula pernah jadi dosen di harvard dan menteri di 2 kabinet, saya hanya dapat menepuk jidat.

Isu Wahabi bukan isu baru, kakek saya yang termasuk warga Muhammadiyah awal di Bengkulu, kalau menurut cerita ayah saya, beliau pernah dikejar-kejar orang kampung pake golok. Sekarang gerakan ini sudah menjadi salah satu gerakan mainstream di tanah air. Demikian pula dengan gerakan-gerakan Islam lain yang bertipe hampir sama seperti al Irsyad, Persis dan mungkin masih banyak yang tidak terdaftar sebagai ormas, dalam hal ini gerakan Salafi yang memiliki banyak pengikut dan lembaga pendidikan. Apapun gerakannya saya kira kita tidak sedang membicarakan disintegrasi NKRI dan pengkotak-kotakan masyarakat. Sebagai pemimpin seharusnya bisa merangkul seluruh kalangan untuk bersama membangun bangsa dan negeri ini. Sesuatu yang tidak saya lihat pada beliau.

Dalam sejarah Islam gerakan yang gemar melakukan disintegrasi adalah Syi'ah dan dari fakta sejarah bahwa peperangan pertama di antara para sahabat Rasulullah SAW dipicu oleh aksi-aksi intelijen kaum Abdullah bin Saba' nenek moyang syiah. Fakta di lapangan hingga saat ini banyak penzhaliman yang dilakukan penguasa Syi'ah Iran terhadap golongan Sunni di sana. Anda tidak akan menemukan satupun masjid Sunni namun dengan mudah menemukan sinagog yahudi di Iran. Salah satu tokoh Syi'ah Indonesia yang saat ini menjadi aleg DPR RI periode 2014-2019 dari partai pendukung capres nya Pak AS ini pernah mengancam terjadinya konflik Sunni-Syi'ah Irak pindah Indonesia. Kalau saya melihat dua fakta ini, sulit bagi saya untuk tidak mengkategorikan AS bagian dari mereka (dan semoga saja tidak). Kelakuannya sama persis.

Jusuf Kalla
Beliau adalah mantan Wakil Presiden RI periode 2004-2009, mantan menteri perdagangan di era Gusdur dan Menko Kesra di era Megawati, mantan Ketua Partai Golkar, mantan ketua HMI Sulsel, ketua PMI dan pengusaha sukses. Mungkin masih banyak lagi kedudukan dan keutamaan beliau yang saya tidak tahu.

Dengan berbagi pengalaman di bidang organisasi, jabatan publik dan bisnis menurut saya beliau adalah tokoh yang sangat matang. Komentar-komentar beliau sungguh bernas dan tidak terpancing untuk masuk ke wilayah-wilayah rentan sengketa. Kalau bukan karena presiden SBY memiliki kecerdasan lebih di bidang strategi otak-atik otak saya pikir beliau layak jadi Presiden RI dari tahun 2004 yang lalu.

Ucapan beliau yang menurut saya dapat dijadikan pelajaran besar adalah ketika menanggapi pertanyaan ibu-ibu saat berorasi di Sumatera Barat, yaitu tentang melarang perda syariah kecuali di Aceh. Jawaban beliau jauh di luar ekspektasi saya, yang mengira seperti jawaban normatif Trimedya Panjaitan politisi partai pendukung capres pak JK, yang mengedepan NKRI, Pancasila dll. Jawaban beliau sederhana, “Perda syariat itu merendahkan Islam, menurunkan derajat syariat, menghina Allah, dan menyinggung ulama. Karena kita, seharusnya melaksanakan syariat untuk mengamalkan ajaran Al-Quran, bukan karena Perda,”

Cerdas, sekali tendang kena 2 sasaran. Pertama beliau tidak masuk dalam benturan fatsoen ke-Islaman, ke-Indonesiaan dan kebangsaan. Tepatnya tidak seperti Trimedya.. Hehehe.. Ketaatan orang Islam pada ajaran agama tidak perlu dibenturkan dengan institusi negara, karena menurut beliau:

“Padahal, kita melaksanakan syariat itu karena takut kepada Allah SWT, bukan karena takut dengan polisi atau hansip. Kalau seperti itu, saya yakin para ulama akan tersinggung, karena perda syariat itu sendiri melanggar syariat.”

"Syariah itu mengatur aqidah, ibadah dan muamalah. Kalau untuk ibadah dan aqidah, tak perlu diatur dalam perda. Al Quran, punya kedudukan lebih tinggi dari pada perda. Kalau persoalan itu diatur dalam perda, lalu apa bedanya bupati dengan Tuhan."

Kedua, beliau sekaligus mengkritisi peran da'i dan ulama yang agak kurang aktif dalam membina umat, sehingga masih perlu perda untuk menakut-nakuti umat. Kalau peran da'i dan ulama berperan baik harusnya kesadaran menjalankan syariat timbul dari dalam diri masing-masing orang Islam bukan melalui perda. Sindiran beliau "Saya yakin para ulama tersinggung" menunjukkan tamparan penuh perhitungan dari Daeng Ucu.

Jadi kita bisa lihat kualitas penonton sinetron, pengadu domba dan negarawan pada 3 manusia yang berbeda ini. Entah mengapa saya jadi berpendapat bahwa tingkat kecerdasan seseorang pada akhirnya sesuai dengan orang yang diikutinya. Saya jadi ingat bagaimana seorang Samiri mampu memperdaya Bani Israil (yang katanya cerdas) untuk menyembah sapi emas. Dan saya yakin kalau AB dan AS mendukung capres lain yang konon kecerdasannya tidak di bawah mereka berdua, ucapan dan pendapat mereka pasti akan menunjukkan kelas mereka yang sesungguhnya.

Berikut link terkait tokoh dan kejadian yang saya sebutkan di atas:


Anies Baswedan







Alwi Shihab






Jusuf Kalla





Trimedya Panjaitan




Masyarakat Minang


Prabowo Subianto








Joko Widodo







Jalaludin Rahmat



 
Terima kasih telah membaca artikel tentang Antara AB, AS dan JK di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :

Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com