Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com
Powered by Blogger.

The Art Of Deception, Langkah Ideologis Media Mainstream

Saya berharap sudah tidak lagi membicarakan lagi teknis deception, karena sudah saya sampaikan di tulisan sebelumnya. Saat ini saya lebih tertarik membicarakan sedikit semrawut terkait deologi.

Dunia bisa berjalan dan bertahan selama ini tidak dengan kebetulan. Begitu juga berbagai kekacauan yang ada. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua direncanakan dan berjalan menuju sebuah tatanan besar yang sudah didesign sebelumnya. Anda bisa bilang ini conspiracy theory, the new world order atau lainnya. Namun yang jelas keteraturan dan kehancuran tidak ada yang berdiri sendiri.

Para politisi dan great arranger of the world yang selalu berada di balik segala kejadian tidak pernah tidur merencanakan hal-hal baru yang mengamankan kepentingan mereka. Apa tujuan mereka? Secara sederhana persis dengan imperialis abad pertengahan: Gold, Gospel and Glory. Dari 3 hal di atas, 2 point adalah abadi yaitu: Gold (kemakmuran) dan Glory (kejayaan) sedangkan Gospel (kitab suci) menjadi sesuatu yang bisa disesuaikan dengan zaman. Namun yang jelas tiap tindakan mencapai gold and glory harus memiliki legitimasi. Legitimasi itu pada masa lalu bernama agama dan manusia bangga dapat berkorban bagi Tuhan dan agamanya. Saat ini manusia sudah agak malu memakai agama untuk tujuan-tujuan duniawi dan menggantinya dengan ideologi. Ada yang bernama demokrasi, sosialisme, komunisme dll. Pada masa lalu Presiden Soekarno bahkan mengusung ideologi nasakom (nasionalis, agama dan komunis) dan menganggap di luar itu sebagai kepala batu.

Namun persebaran ideologi di koloni ide adalah suatu keharusan sebelum bisa masuk ke tataran koloni kawasan. Adanya koloni ide akan menghemat pengeluaran finansial yang diakibatkan oleh pendudukan secara fisik. Apalagi ideologi bisa dikatakan berada di luar nilai sakral sebuah agama. Anda bisa beragama apapun saat memilih komunis sebagai ideologi bernegara. Apalagi ideologi2 lain yang menjamin kebebasan apapun selama tidak mengganggu hak privat orang lain.

Sejatinya ideologi-ideologi impor memang diciptakan untuk keperluan pendudukan ekonomi dan politik. Anda tidak dirugikan apapun ketika sebuah waralaba fastfood amerika masuk ke Indonesia, bahkan akan terjadi pembukaan lapangan kerja baru dan berputarnya faktor-faktor produksi yang lain karena keberadaannya. Dan bagi kita amatlah wajar jika waralaba internasional menginginkan keuntungan, siapa yang dagang tidak mau untung? Ketertarikan-ketertarikan ini yang kemudian menghilangkan kesadaran tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Dunia retail tampak lebih ramah dari pada dunia eksploitasi sumber daya seperti pertambangan dan kehutanan. Aroma eksploitasi dan penjajahan lebih terasa di bidang ini. Sumber daya alam kita dikeruk, diekspor mentah-mentah ke luar negeri dengan harga yang pastinya tidak mungkin setara dengan kerusakan yang dihasilkan. Walaupun bisa dipastikan banyak tenaga kerja lokal yang dipakai, namun entah mengapa kondisi ekonomi masyarakat sekitar pertambangan tidak pernah ada yang makmur. Saya pernah ke daerah sekitar Natuna, daerah yang konon kabarnya salah satu ladang minyak dan gas terbesar di dunia. Apa yang saya lihat tidak lebih perkampungan nelayan. Saya kurang mengerti ke mana Multiplier effect yang selalu diharapkan dari investasi luar negeri, sedangkan di saat yang sama hampir 80% karyawan di anjungan off shore adalah orang jakarta.

Setiap rupiah yang diinvestasikan ingin memperoleh hasil yang baik itu manusiawi, tetapi jika terlalu banyak orang yang jadi sengsara dan tidak mendapatkan keadilan, di situ pasti ada masalah. Masalahnya ada di ideologi bebas nilai yang berkoloni di tataran ide dan negara. Satu-satunya nilai yang dianggap harus dianggap ada hanya kesepakatan bersama. Selain itu ada iuran bersama yang bernama pajak untuk membiayai administrasi negara. Di luar hal itu tidak ada yang harus diikuti. Anda mau beragama pakai aliran mainstream atau esoterik bahkan sesat sekalipun tidak masalah asalkan taat aturan negara. Siapa saja boleh mengambil keuntungan dan bayar pajak berapapun asalkan tidak mengurangi pemasukan ke kas negara.

Sistem ribawi adalah keharusan untuk menjamin kesejahteraan dan pemerataan yang didesign agar  tidak pernah tercapai. Jika kesejateraan terjadi, maka 1 hal yang pasti, biaya2 yang dikeluarkan investor terkait kesejahteraan juga makin besar, dan otomatis akan mengurangi keuntungan. Tapi kalaupun itu yang terjadi maka masih bisa tertutup dengan memasarkan produk pada kelas pekerja secara umum. Hal ini lebih menguntungkan karena tidak ada ongkos kirim. Salah satu keuntungan berbisnis di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar (dan semakin besar setiap tahunnya) yang berarti ada banyak kebutuhan yang bisa dibisniskan lebih lanjut.

Dua hal yang saya jelaskan di atas adalah pilar sekulerisme: ideologi lebih khususnya demorasi dan sistem ekonomi ribawi. Bagaimana jika ada negara yang menolak dua hal ini? Perang.. Jika ada yang tidak bisa diambil dengan damai maka kekerasan adalah alternatif yang tidak bisa diabaikan.

Ketika Sultan Abdul Hamid II dari Turki menolak menjual Palestina pada Zionis dengan harga yang sangat mahal, maka langkah pertama yang dilakukan adalah membubarkan kekhilafahan terakhir milik umat Islam. Setelah khilafah hilang baru dilakukan pendudukan militer ke Palestina. Yang menarik dari bubarnya khilafah di tahun 1924 pada pendudukan zionis di palestina di tahun 1948 dibutuhkan waktu 24 tahun. Agar berbeda dengan Arab Saudi yang memilih kooperatif dengan Amerika sejak awal kerajaan berdiri. Berdirinya ARAMCO arab amerika company di tahun 1937. Bentuk kerja sama yang erat dari awal yang membuat amerika membebaskan ideologi dan sistem ekonomi di Saudi. Iraq, Afghan, Mesir adalah contoh penolakan pemaksaan ideologi dan eksploitasi.

Saya sengaja bicara agak panjang, karena letak media berada di antara penjajah dan objek terjajahan. Bagaimana terjajah merasa bahagia dijajah itulah tugas media. Selain mempromosikan produk penjajah juga aktif melakukan tugas propaganda ideologi. Jika persebaran dan internalisasi ideologi sudah mencapai jenjang kelas menengah sampai penguasa, maka imperialis sudah tidak membutuhkan bedil untuk berkuasa di satu negeri.

Namun untuk mendukung ideologi mainstream tidak cukup hanya menyuburkan satu sisi tanpa menciptakan "hama" yang akan menambah dinamika dialektis. Keseimbangan ekstrem kiri dan kanan perlu dipertahankan. Dialektika mainstrem, kiri dan kanan akan menambah pundi2 imperialis, minimal dari sisi tayangan dengan rating tinggi.

Untuk menyediakan fondasi bagi propaganda ideologi ini diperlukan pula industri yang terkait dengan pendidikan dan penerbitan. Di sisi lain, ketersediaan akomodasi adalah hal yang mutlak dan keberadaanya diwakili dengan industri keuangan ribawi yang amat rentan dengan isu stabilitas sosial, politik dan keamanan. Permainan isu-isu di bidang ini bisa menyebabkan sebuah negara tergadai, seperti Indonesia. Intinya industri dialektika ini dipelihara dengan apik oleh imperialis.

Kehancuran ekonomi Indonesia di tahun 98 sebagian besar disumbang oleh media. Perekonomian Indonesia yang sebenarnya masih kuat digoreng sampai gosong oleh media. Akhirnya Presiden Suharto terpaksa menandatangani LoI IMF, padahal di saat yang sama sebenarnya Indonesia sudah mendapat komitmen dana dari timur tengah yang jumlah 2 kali lipat jumlah yang disediakan IMF. Namun permainan isu oleh media memang dahsyat, akibatnya capital flight seolah tidak bisa ditahan. Bandingkan misalnya dengan krisis di Amerika tahun 2008 yg diakibatkan oleh subprime mortgage. Istilah subprime mortgage sendiri sebenarnya merupakan eufimisme dari "pemberian kredit pada orang yang tidak layak diberi kredit" sudah menunjukkan permainan kata-kata yang lihai dan penuh muslihat dari para pemain media besar di negeri Paman Sam. Hal yang sebenarnya terjadi namun tidak terlalu banyak yang perduli adalah akibat yang ditanggung Amerika secara makro cukup signifikan yaitu pembelian secara besar-besaran obligasi pemerintah Amerika oleh pemerintah China. Sudah banyak para ahli mensimulasikan (bisa dilihat di youtube) peralihan aset Amerika ke China hal ini dibiarkan begitu saja. Hal ini menjadi penting, karena China bukanlah negara yang bisa digertak dengan latihan perang-perangan ala Amerika dan sekutunya, justru sebaliknya China yang gemar membuat Amerika dan sekutu-sekutunya ketar-ketir dengan percobaan persenjataan China. Sekali di sini tampak sekali peran media untuk cooling down isu sehingga tidak menimbulkan efek sosial dan politik yang berart.

Jadi jangan berpikiran negatif terhadap hama kiri, kanan dan keributan-keributan yang terjadi. Semua itu by design untuk melanggengkan hegemoni ideologi mainstream dan eksisnya industri-industri pendukung. Anda yang menganut ekstrem kiri, macam sosialis, komunis dan atheist, atau anda yang menganut fundamentalisme atau bahkan radikalisme keagamaan jangan berkecil hati. Anda harus berbesar hati dan bangga, karena anda pendukung ideologi imperialis sejati.
Terima kasih telah membaca artikel tentang The Art Of Deception, Langkah Ideologis Media Mainstream di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.

Artikel terbaru :

Mas Sehat | Blog Tentang Kesehatan | Mas Sehat ~ Blog Tentang Kesehatan | www.mas-sehat.com

2 comments

Agak berat "mencerna-'nya, jadi kesimpulanya selalu senantiasa ada good and evil ya bang,

Balas

kesimpulannya media alat ideologis, punya misi ideologis dan ekonomi tentunya. tergantung siapa yang pegang

Balas