Kamis, 06 Agustus 2015 saya mendapat sebuah artikel tentang poligami yg ditulis oleh seorang ustadz yang saya amat hormati terkait masalah poligami. Tulisan ini telah menyebar secara viral media sosial terutama untuk para penganut WhatsApp. Setidak sudah 2 grup WA yang telah menayangkannya dan saya jawab dengan hal sama. Supaya tidak berpanjang lebar lebih baik kita langsung baca saja artikelnya. Karena saya belum mendapat informasi yang akurat siapa penulis artikel ini, saya tidak mencantumkan siapa penulisnya.
Di fesbuk lagi rame film "surga yg tak dirindukan" yg berkisah seputar poligami. Topik kontroversial yg dikupas menjadi sebuah film.
Bicara poligami pada umumnya orang akan bilang, "enak si suami", "si istri sakit hati" atau "wah hebat, si istri ikhlas dimadu". Pembicaraan hanya seputar suami istri, bahkan mungkin di kalangan jomblo hanya seputar urusan 'kasur' atau yg tahu agama sedikit bilang, "itu sunnah yg terzhalimi". Sedikit yg mengupas, bagaimana sesudahnya. Kehidupan rumah tangga yg dipenuhi api cemburu istri yg bertolak belakang dg api asmara ke-2 pihak suami itu rupanya yg banyak dikupas dan dibahas.
Saya ingin melihat dari sisi lain. Yaitu keturunan. Anak2 dari beda ibu. Seorang bapak bukan hanya harus kuat masalah finansial dan urusan membagi cinta dg para istri tapi juga menjaga kelangsungan keturunan2nya dari istri2nya.
Ingatkah kisah Yusuf a.s. dan saudara2nya? Satu ayah namun beda ibu, melahirkan kisah dahsyat yg ditulis dg lengkap dan jelas pada surat Yusuf. Yusuf a.s dibenci saudara2 tirinya yg mengakibatkan penderitaan batin luar biasa bagi ayahnya, Ya'qub a.s.
Kenalkah anda dengan Khalifah Harun al Rasyid? Khalifah bani Abbasiyah yg terkenal kemasyhurannya. Namun adakah yg tahu bahwa anak2nya yg beda ibu berseteru dan saling membunuh untuk memperebutkan khilafah? Muhammad al Amin bin Harun al Rasyid memiliki ibu dari bangsa Arab. Abdullah al Ma'mun bin Harun al Rasyid memiliki ibu dari bangsa Persia. Perseteruan 2 bersaudara ini sudah terasa pada waktu ayahnya masih hidup. Sehingga ayahnya membagi kerajaannya, yg jazirah arab dikuasai al Amin, sedangkan persia dikuasai al Ma'mun. Keduanya disumpah di depan Ka'bah. Namun tak lama setelah ayahnya wafat, keduanya berperang dan al Amin dibunuh pasukan saudara tirinya.
Kenalkah anda dengan Sultan Salahuddin al Ayyubi, Pahlawan al Quds. Setelah Salahuddin meninggal, anaknya Ali al Afdhal berperang melawan saudara tirinya Utsman al Aziz.
Kenalkah anda dengan Sultan Muhammad al Fatih, pembuka Konstantinopel dan juga pahlawan Islam dalam melawan Drakula. Anaknya Bayazid berperang dengan saudara tirinya Cem. Cem meminta tolong ke Eropa untuk mengalahkan saudara tirinya, Bayazid. Namun oleh Paus waktu itu Cem dijadikan semacam jaminan agar Bayazid tidak memperluas wilayahnya ke Eropa. Paus juga meminta uang jaminan yg besar agar bisa menjadikan Cem sbg tahanan rumah. Jika tidak, Cem akan didukung penuh Eropa untuk mengalahkan Utsmaniyah. Dan berperang melawan saudara tiri sendiri tentu sangat tidak enak bagi Bayazid.
Itu hanya sekelumit kisah yg saya baca. Namun point pentingnya adalah, jika anda ingin menikah lagi, namun mengkhawatirkan para istri cemburu, itu alasan kuno dan sangat nggak penting. Istri2 saling cemburu itu normal. Anda bisa langsung tidur saja atau hang out dengan kawan2 atau nonton film box office terbaru. Kalo pingin relijius, ya tilawah Quran saja. Biarkan istri2 anda cemburu dan toh mereka sudah dewasa. Tidak penting utuk ikut melankolis seperti sinetron2. Dan nggak usah terlalu dipikir urusan kamar tidur, itu sudah by default seperti itu. Yang HARUS anda PRIORITASKAN adalah MASA DEPAN keturunan2 anda dari istri2 yg berbeda. Mereka RAWAN KONFLIK. Mulai dari soal kasih sayang (yg abstrak), finansial (yg nyata) hingga warisan.
Mungkin kesan tulisan di atas seolah2 saya mengharamkan poligami. Tidak, saya tidak mengharamkannya. Namun lebih ingin mengupas RESIKONYA dari sisi keturunan (high risk), dan bukan dari sisi perempuan (low risk) yg sering dibahas di media. Sama saja seperti ini. Sekolah di Al Azhar, Madinah, maupun yg lain itu bagus dan sangat dianjurkan utk menambah keilmuan agama. Tapi apa semua orang bisa? Haji itu termasuk rukun Islam. Namun apa semua orang bisa Haji dengan kondisi saat ini? Poligami itu boleh atau sunnah (menurut yg lain) atau bahkan mungkin wajib (utk beberapa kasus spesifik), tapi apa semua orang bisa siap dg efeknya?
# Semoga pembahasan dari sudut pandang berbeda ini bermanfaat.
Saya tidak akan menyanggah fakta sejarah yang sepenuhnya benar adanya. Lembaran-lembaran kitab suci 3 agama samawi seluruh membenarkan kisah Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya. Kisah yang oleh Allah SWT dikatakan sebagai "ahsanul qashash" atau sebaik-baik kisah yang pernah ada di muka bumi.
Demikian pula kasus-kasus yang menimpa keturunan dari para manusia-manusia utama dari sejarah Islam. Siapa yang kenal dengan Shalahuddin al Ayyubi Sang Pembebas negeri Palestina? Siapa pula yang lupa bahwa Harun ar Rasyid khalifah adil yang paling menonjol pada kekhilafahan Abbasiyyah. Jika bintangnya Dinasti Umawi adalah Umar bin Abdul Aziz maka beliau bintangnya Dinasti Abbasiyah. Dan siapa yang dapat mengecilkan Muhammad al Fatih? Pembuka kota Konstantinopel yang pasukan dan pemimpinnya disifati oleh Rasulullah SAW sebagai pasukan dan pemimpin terbaik yang pernah ada di bumi Allah. Suatu hal yang jelas dan pasti, kasus-kasus yang diceritakan di atas tidaklah mengurangi kemuliaan dan keutamaan mereka di sisi Allah SWT dan juga di hati kaum muslimin sampai hari ini.
Sebagaimana penulis hendak menyampaikan sisi lain poligami yang memiliki resiko yang tidak kecil, izinkan pula saya menyampaikan sisi lain dari monogami yang ternyata membawa masalah dalam sejarah.
1. Tentu kita semua tahu kasus besar yang menimpa keluarga Nabi Adam as.,yaitu pembunuhan pertama yang terjadi di atas bumi. Siapakah yang membunuh dan terbunuh? Yang membunuh adalah Habil dan yang dibunuh adalah Qabil. Siapakah mereka? Mereka adalah saudara kandung seibu sebapak. Nabi Adam sebagai manusia pertama yang diciptakan Alah SWT dan isterinya adalah manusia kedua. Tidak ada manusia lain sebelum mereka berdua. Namun pembunuhan pertama terjadi pada anak-anak mereka?
Apakah ini salah dari sistem perkawinan monogami?
2. Dalam surat at Tahrim 3 ayat terakhir dijelaskan 3 jenis isteri. Isteri pertama yang dijadikan contoh adalah isteri Nabi Nuh dan Nabi Luth. Apakah mereka dijadikan oleh Allah SWT sebagai contoh kebaikan? Sama sekali bukan.. mereka dijadikan contoh isteri-isteri yang kafir dan membangkang pada suami-suami mereka yang berderajat Nabi. Menariknya Nabi Nuh dan Luth terkenal sebagai Nabi yang melakan praktek monogami.
Apa kemudian monogami menjadi akar pembangkangan isteri pada suami dan penyebab kekafiran para isteri pada Allah SWT? Tentu kita akan menganggap pernyataan tersebut terlalu tendensius dan menggeneralisir masalah. Tidak sedikit pula yang menganggap hal tersebut kasuistik, tidak dapat dipukul rata. Betul, tidak semua monogami berakhir buruk. Tapi fakta sejarah menyebutkan bahwa monogami tidak membuat isteri setingkat Nabi Ulul Azmi seperti Nabi Nuh menjadi lebih baik. Lha kita-kita sekarang apa ada yang sederajat dengan Nabi Nuh..?
Sekarang izinkan saya menyampaikan point positif poligami, sekali lagi dengan berkaca dari sejarah.
1. Manusia yang dianggap sebagai bapak para nabi ada Nabi Ibrahim as. Khalilullah. Nabi Ibrahim as memiliki 2 orang isteri yaitu Sarah dan Hajar. Kedua wanita mulia ini masing-masing memiliki 1 orang anak laki-laki yang masing-masingnya adalah Nabi. Yaitu Nabi ishaq as.dan Nabi Ismail as., dua orang Nabi yang menjadi ayah para nabi yang ada bumi. Anak Nabi Ishaq adalah Nabi Ya'qub yang diberi gelar Israil (Hamba Allah) dan anak keturunan beliau yang dinamakan Bani Israil. Dari sulbi beliau banyak sekali nabi yang dilahirkan untuk Bani Israil. Sedangkan Nabi Ismail menurunkan Nabi akhir zaman, Muhammad SAW.
Apakah poligami berakhir buruk? Berakhir dengan perseteruan antar saudara? Berapa banyak kakak adik satu ibu dan satu ayah yang ribut masalah warisan dan bahkan berujung pada permusuhan dan pembunuhan? Justru risalah tauhid ini dilanjutkan oleh para nabi yang lahir dari perkawinan poligami.
2. Ada yang pernah tahu berapa jumlah isteri Nabi Dawud as...? 100 orang. Salah satunya bernama Auriya ibunda Nabi Sulaiman as. Berapa jumlah isteri Nabi Sulaiman? 1000 orang. Terdiri dari 700 wanita merdeka dan 300 budak.
Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman adalah contoh unik. Ayah dan anak keduanya adalah Nabi. Keduanya raja besar bangsa Bani Israil... dan keduanya memiliki isteri yang (amat) banyak.Mendengar jumlah isteri yang demikian banyak tentu kita akan berfikir "ini orang pasti tidak sempat melakukan hal yang lain." Tapi apa yang diriwayatkan oleh ibnu Abbas ra pasti membuat kita menepuk dahi...
al Hafizh meriwayatkan dalam at Tarikh dalam biografi Shadaqah ad Dimasyqi yang meriwayatkan dari Ibnu Abbas melalui jalur Fajar bin Fadhalah al Himashi, dari Abu Hurairah al Himashi, dari Shadaqah ad Dimasyqi, bahwa seseorang bertanya kepada Ibnu Abbas tentang puasa, ia berkata, "Akan kuceritakan suatu hal padamu yang sudah lama kupendam. Jika kau mau, aku akan menuturkan puasa Dawud padamu. Ia ahli puasa dan qiyamul lail. Ia sosok pemberani, tidak melarikan diri kala berhadapan dengan musuh. Ia berpuasa sehari dan berbuka sehari. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sebaik-baik puasa adalah puasa Dawud". Ia membaca Zabur dengan 70 jenis suara yang ia lantunkan. Dalam salah satu rakaat setiap shalat malam, ia menangis hingga segala sesuatu ikut menangis. Suaranya yang merdu membuat orang sedih dan sakit lupa akan kesedihan dan sakit yang ia rasa.. (Kisah Para Nabi, Kisah 31 Nabi dari Adam hingga Isa, halaman 756. Karya Ibnu Katsir ad Dimasyqi. Tahqiq oleh Prof. Dr. Abdul Hayy al Farmawi. Penerbit Ummul Qura. 2013)
Adalah fakta bahwa isteri beliau berjumlah 100 orang, namun fakta sejarah menyebutkan beliau adalah Nabi yang aktif berdakwah, berjihad dan beribadah. Bahkan puasa yang beliau lakukan sampai saat ini dilestarikan oleh umat Islam sebagai puasa Dawud dan dikatakan sebagai puasa yang paling utama, tidak ada puasa yang lebih dibanding itu. Bagi mereka yang melazimkan puasa Dawud, ketahuilah bahwa syariat ini berasal dari Nabi yang memiliki 100 orang isteri.
3. Nabi Sulaiman as. adalah anak Nabi Dawud as. Beliau seorang nabi dan raja yang diberi kekuasaan dan karunia yang tidak pernah dimiliki oleh orang sebelum maupun sesudahnya. Jumlah isteri yang 1000 orang tersebut tidak menghalangi beliau melakukan tugas dakwah dan kenegaraan. Dalam surat an Naml diceritakan Beliau masih sempat berkumpul dan ngobrol dengan para hewan dan juga di sisi lain melakukan penaklukan negeri Saba' dengan damai. Dari makhluk kecil yang menurut kita kurang berarti seperti semut dan burung hud-hud memiliki perannya masing-masing dalam dakwah dan kepemimpinan beliau. Makhluk yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa seperti jin ifrit dapat berperan, apalagi hamba-hamba Allah yang shalih dari kalangan manusia. Semua makhluk dapat berkontribusi, semua dapat mengabdi pada Allah dengan baik dan optimal, itulah kerajaan Nabi Sulaiman. Kerajaan yang istimewa yang tidak akan pernah ada lagi di atas dunia.
Nabi Sulaiman bukan cuma seorang Nabi yang shalih, ia juga raja, pemimpin yang adil dan lihai dalam bermanajemen. Manajemen waktu yang mampu memberi perhatian adan kasih sayang pada 1000 isteri. Manajemen dan kebijakan publik yang luar biasa, menimbang rakyat beliau tersebar di berbagai wilayah dengan segala problematikanya. Dan juga manajemen sumber daya yang belum ditemukan bandingnya, mengingat bahwa para pembantu beliau bukan hanya manusia tetapi juga hewan, jin dan bahkan angin. Perlu diingat bahwa Nabi dan Raja yang luar biasa ini lahir dari perkawinan poligami.
4. Nabi Muhammad SAW mengalami dua masa pernikahan, monogami dan poligami. Banyak yang menyangka bahwa monogami beliau hanya dengan Khadijah binti Khuwailid ra. Kenyataan tidak, sepeninggal Khadijah ra. Rasulullah SAW menikah dengan Saudah binti Zam'ah selama 2 tahun di Makkah dengan model monogami. Apa yang menarik? Karena ternyata monogami dan poligami Rasulullah dilakukan pada periodisasi dakwah yang berbeda. Rasulullah SAW bermonogami saat periode Makkah dan berpoligami di periode Madinah. Setelah memasuki Madinah maka bilangan isteri Rasulullah SAW bertambah, mulai dari Aisyah binti Abu Bakar, Hafshah binti Umar dst sampai dengan Mariyah al Qibthiyyah.
Di tulisan yang lain saya mengambil hikmah bahwa ini dilakukan bukan karena pribadi yang luar biasa, namun lebih pada moment periodisasi dakwah yang mengharuskan demikian. Tidak etis jika dalam masa sulit Rasulullah SAW berpoligami. Di tulisan ini saya hendak mempertajam bahwa terdapat perbedaan achievement saat beliau bermonogami dengan ketika beliau berpoligami.
Saat beliau bermonogami yaitu di periode Makkah, maka capaian dakwah yang diperoleh Rasulullah SAW adalah mampu mengkader para da'i yang militan. Para da'i yang lahir dalam kondisi sulit pasti berbeda militansi dengan kader yang dihasilkan pada saat lapang dan damai. Tidak ada kemunafikan, tidak ada muka dua dalam barisan Islam. Embargo ekonomi di Syi'ib Bani Abdul Mutthalib makin mengukuhkan militansi mereka dalam mendukung dakwah walaupun harus memakan daun kurma yang membuat bibir mereka pecah-pecah. 13 tahun yang penuh himpitan, membuat kaum muhajirin memiliki ketegaran yang melebihi batu karang. Kisah perjuangan ini tentu membuat siapapun akan berdecak kagum. Ada satu hal yang hampir luput dari perhatian, yaitu Rasulullah SAW bahkan tidak dapat menguasai kampung halamannya sendiri, sehingga di satu titik justu beliau yang terpaksa hijrah, pindah dari kampung halamannya ke tempat yang lebih kondusif untuk perkembangan dakwah.
Poligami dilakukan Rasulullah SAW saat beliau berada di periode Madinah. Periode membentuk peradaban dunia, penyebaran risalah Islam dan bahkan penaklukan terhadap musuh-musuh yang menghadang dakwah. Periode ini dipenuhi oleh berbagai interaksi dengan bangsa lain, baik interaksi dakwah, perjanjian damai maupun peperangan. Masalah mulai kompleks karena di situ ada kaum munafikin yang selalu merecoki dan yahudi yang tidak pernah letih mengintai kelemahan dan kesempatan. Namun satu hal yang jelas adalah di akhir kehidupannya, Rasulullah SAW sudah mampu menguasai seluruh jazirah Arab.
Saya melihat loncatan prestasi Beliau SAW dimulai saat beliau berpoligami. Apa ada hubungannya antara poligami dengan great achievement yang diperoleh Rasulullah SAW. Saya tidak berani berandai-andai namun fakta sejarah memperlihatkan hal ini.
Jadi mari hentikan perdebatan tentang berapa jumlah dan bahkan usia isteri Rasulullahh SAW dan juga usia beliau ketika menikahi isteri-isteri beliau tersebut. Begitu juga kajian tentang sebab mengapa beliau menikahi demikian banyak wanita. Mau dinamakan nikah langit boleh, nikah nolong janda dan anak yatim silahkan, nikah sama perempuan yang sudah tua juga bisa (walau faktanya cuma 1 orang yang tua, yaitu Saudah binti Zam'ah). Namun fakta sejarah mencatat beliau wafat sebagai pria yang berpoligami dan sukses menjadi penguasa. Ada masalah?
Terima kasih telah membaca artikel tentang Poligami dari Sudut Pandang Berbeda di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.