IBADAHMU UNTUK APA?
Tak sedikit mungkin di antara kita yang jika ditanyakan, apa motivasi rajin beribadahnya, maka akan berbagai macam motivasi yang mereka jawab;
“Saya ingin cepat kaya, makanya saya rajin shalat Dhuha..”
“Saya ingin lepas dari berbagai masalah, makanya saya rajin Tahajjud..”
“Saya ingin usaha saya maju, makanya saya rajin sedekah..”
“Saya ingin tubuh saya sehat, makanya saya rajin berpuasa..”
Tentu tak semua orang mempunyai alasan seperti ini. Dan alasan ini pun sah sah saja. Tak salah mengharapkan keuntungan duniawi atau materiil ketika memang itu termasuk keutamaan ibadah tersebut. Namun yang menjadi masalah, apakah itu tujuan utamanya? Bukan kah ibadah itu...
إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku (hanya) untuk ALLAH, RABB Semesta Alam..” (QS. Al An’am: 162)
Kalau kita melihat ke surat Hud ayat 15,
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَ يُبْخَسُونَ
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.” (QS. Hud: 15)
Apapun usaha kita di dunia ini untuk mendapatkan materi yang sifatnya duniawi semata, maka ALLAH akan memberikannya tanpa dikurangi sedikit pun dari usahanya tersebut. Akan tetapi, ada ancaman di ayat ke 16,
أُوْلَـئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلاَّ النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud: 16)
Jika kita beranggapan kendati berakhir di neraka, setidaknya kita PASTI mendapatkan kebahagiaan dunia sesuai usaha apa yang dikerjakannya. Jangan salah sangka, karena ayat di atas di-naskh oleh surat Al Isra’ ayat 18 yang bunyinya,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.” (QS. Al Isra’: 18)
Maka dari itu lah, usaha kita di dunia untuk mendapatkan dunia pun masih BELUM PASTI mendapatkan hasil yang setimpal. ALLAH punya hak memilih siapa di antara hamba-NYA yang pantas untuk mendapatkan kebahagiaan duniawi itu, kendati ia tetap akan mendapat siksa di akhirat karena niatnya yang tidak lurus itu.
Sementara jika kita mengharapkan balasan dari ALLAH, maka usaha kita pasti dibalas oleh ALLAH baik di dunia maupun di akhirat. Coba intip saja lanjutan ayatnya,
وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu'min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.” (QS. Al Isra’: 19)
Intinya, jika kita melakukan suatu amalan untuk mendapatkan keuntungan duniawi saja, maka ALLAH belum tentu memberikan keuntungan yang setimpal dengan usaha kita, kecuali hanya pada orang-orang yang DIA kehendaki saja.
Namun apabila kita mengharapkan keuntungan di akhirat, maka amalan kita akan dibalasi dengan
baik oleh ALLAH Subhanahu wa Ta’ala, baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Renungkan kembali sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada ALLAH dan Rasul-NYA, maka hijrahnya kepada ALLAH dan Rasul-NYA, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah -rahimahullah- pernah berkata,
“Dunia ini ibarat bayangan: Kejar dia dan engkau tak akan pernah bisa menangkapnya; balikkan badanmu darinya dan dia tak punya pilihan lain kecuali mengikutimu.”
Apa yang dikatakan Imam Ibnul Qoyyim diatas selaras dengan sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam berikut ini,
مَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ، وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ
شَمْلَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ
“Siapa yang obsesi hidupnya akhirat, maka ALLAH akan menjadikan kekayaannya berada di dalam hatinya, menyatukan urusannya, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Sebaliknya, siapa yang menjadikan dunia sebagai obsesinya, maka ALLAH akan meletakkan kefaqiran di depan matanya, DIA akan mencerai-beraikan urusannya, sementara dunia tidak mendatanginya kecuali sebatas apa yang telah ditakdirkan baginya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
=========
Muhasabah Pagi