“Sebaik-baik pengobatan yang kalian gunakan adalah
bekam.“ (Musnad Imam Ahmad, dishohihkan oleh Al-Albani)
“Jika ada kebaikan dalam pengobatan yang kalian gunakan, maka itu terdapat dalam bekam.“ (Shohih Sunan Abi Dawud)
“Pengobatan paling utama yang kalian gunakan adalah bekam.“ (Muttafaqun ‘alaih)
“Sesungguhnya pengobatan paling ideal yang kalian gunakan adalah bekam“ (Muttafaqun ‘alaih)
“Pada malam aku diisro’kan, aku tidak berlalu di hadapan
sekelompok malaikat, kecuali mereka itu mengatakan, “Wahai Muhammad,
perintahkan umatmu supaya berbekam!’“ (Shohih Sunan Ibnu Majah)
Sesuai dengan hadits2 di atas, hijamah (bekam) adalah
pengobatan terbaik, namun dari perkataan itu pula mengandung arti bahwa masih
ada atau masih banyak pengobatan lain yang baik, namun derajatnya tidak sebaik
hijamah. Memilih antara yang baik dan yang terbaik menurut saya sangat kondisional. Jangankan
masalah berobat untuk masalah shalat tentunya kita semua paham, bahwa shalat
terbaik adalah di awal waktu dan di masjid, namun hal itu tidak membuat yang shalat di rumah dan mungkin di akhir waktu
menjadi tidak baik. Mengerjakan shalat tetap lebih baik daripada tidak
mengerjakannya sama sekali.
Mungkin timbul pertanyaan kalau bisa yang terbaik kenapa mau yang di bawah itu? Sama seperti analogi shalat di masjid. Shalat di masjid yang paling utama adalah di masjidil haram. Apa menjadi kurang iman kita karena tidak bela2in shalat di masjid yang terbaik? Kalau mampu monggo, kalau tidak mampu, shalat di mushalla dekat rumah juga masih bagus dan penuh dengan keutamaan.
Mungkin timbul lagi pertanyaan bekam adalah yang terbaik dan juga paling mudah dan murah kenapa cari yang sulit dan mahal? Sekali lagi izinkan saya beranalogi dengan shalat di masjid, yang itu adalah pilihan terbaik, namun tidak semua orang dianjurkan ke masjid, misalnya wanita yang lebih utama shalat di rumah. Dan tidak semua orang pula harus shalat, misalnya orang yang sedang berhadats besar dalam waktu panjang, misalnya haidh dan nifas. Orang gila dan anak kecil juga tidak diwajibkan shalat.
Demikian pula tidak semua penyakit dapat diterapi oleh hijamah, misalnya patah tulang, luka terbuka, atau hal2 yang bersifat emergency lainnya. Tentu kita akan berfikir, "Jelas aja tidak bisa lah nyembuhin luka, wong hijamah bikin luka juga. Orang luka harus dihentikan perdarahannya bukan malah ditambah luka yang baru.." Kayaknya juga tidak masuk akal kalau ada orang serangan jantung, mukanya sdh biru, nafas msh ngap2an kita mau bekam.
Saya menyampaikan ini sama sekali tidak ada maksud untuk merendahkan hijamah, karena saya dan istri juga praktisi hijamah. Namun semua hal pasti ada tempatnya masing2. Kalau cuma berpaku pada hijamah, tentunya tidak perlu pengobatan lain, dan pasti ilmu kedokteran Islam tidak perlu semaju di masa lalu, sampai bisa menciptakan teknik bedah dll. Apakah karena para ulama yang juga berprofesi sebagai thabib di abad pertengahn dulu menciptakan berbagai teknik pengobatan -yang canggih untuk masa itu dan juga di masa sekarang, kemudian mereka dikatakan tidak mencintai dan tidak mengerti bekam? Insya Allah mereka adalah manusia2 yang paling mengerti mengenai masalah bekam, namun mereka tetap menciptakan teknik2 pengobatan yang canggih dan menjadi dasar ilmu kedokteran modern saat ini. bekam cara rasul
Oleh sebab itu saya selalu bilang kepada yang pernah bekam sama saya, "Kalau kita sakit ada 2 alternatif, pertama tidak perlu berobat, sabar sama penyakit, karena berobat sendiri hukumnya mubah dan dalam hadits pernah diceritakan bagaimana seorang shahabiyah yang menderita penyakit ayan dan jika penyakit ayannya kambuh, auratnya terbuka. Shahabiyah ini minta didoakan oleh Rasulullah agar sembuh dari penyakitnya. Rasulullah SAW member 2 opsi yang pertama didoakan dan sembuh, atau ke-2 sabar sama penyakitnya dan masuk surga. Sang shahabiyah memilih untuk sabar menghadapi penyakitnya dan minta didoakan agar auratnya tidak terbuka jika penyakit ayannya kumat. Begitu pula ada contoh dari Nabi Ayyub yang sudah sakit keras namun beliau tidak pernah berdoa minta sembuh. Doa beliau hanya, “(Yaa Rabb), sungguh aku ditimpa penyakit dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (Al Anbiyaa’:83)
Mungkin timbul pertanyaan kalau bisa yang terbaik kenapa mau yang di bawah itu? Sama seperti analogi shalat di masjid. Shalat di masjid yang paling utama adalah di masjidil haram. Apa menjadi kurang iman kita karena tidak bela2in shalat di masjid yang terbaik? Kalau mampu monggo, kalau tidak mampu, shalat di mushalla dekat rumah juga masih bagus dan penuh dengan keutamaan.
Mungkin timbul lagi pertanyaan bekam adalah yang terbaik dan juga paling mudah dan murah kenapa cari yang sulit dan mahal? Sekali lagi izinkan saya beranalogi dengan shalat di masjid, yang itu adalah pilihan terbaik, namun tidak semua orang dianjurkan ke masjid, misalnya wanita yang lebih utama shalat di rumah. Dan tidak semua orang pula harus shalat, misalnya orang yang sedang berhadats besar dalam waktu panjang, misalnya haidh dan nifas. Orang gila dan anak kecil juga tidak diwajibkan shalat.
Demikian pula tidak semua penyakit dapat diterapi oleh hijamah, misalnya patah tulang, luka terbuka, atau hal2 yang bersifat emergency lainnya. Tentu kita akan berfikir, "Jelas aja tidak bisa lah nyembuhin luka, wong hijamah bikin luka juga. Orang luka harus dihentikan perdarahannya bukan malah ditambah luka yang baru.." Kayaknya juga tidak masuk akal kalau ada orang serangan jantung, mukanya sdh biru, nafas msh ngap2an kita mau bekam.
Saya menyampaikan ini sama sekali tidak ada maksud untuk merendahkan hijamah, karena saya dan istri juga praktisi hijamah. Namun semua hal pasti ada tempatnya masing2. Kalau cuma berpaku pada hijamah, tentunya tidak perlu pengobatan lain, dan pasti ilmu kedokteran Islam tidak perlu semaju di masa lalu, sampai bisa menciptakan teknik bedah dll. Apakah karena para ulama yang juga berprofesi sebagai thabib di abad pertengahn dulu menciptakan berbagai teknik pengobatan -yang canggih untuk masa itu dan juga di masa sekarang, kemudian mereka dikatakan tidak mencintai dan tidak mengerti bekam? Insya Allah mereka adalah manusia2 yang paling mengerti mengenai masalah bekam, namun mereka tetap menciptakan teknik2 pengobatan yang canggih dan menjadi dasar ilmu kedokteran modern saat ini. bekam cara rasul
Oleh sebab itu saya selalu bilang kepada yang pernah bekam sama saya, "Kalau kita sakit ada 2 alternatif, pertama tidak perlu berobat, sabar sama penyakit, karena berobat sendiri hukumnya mubah dan dalam hadits pernah diceritakan bagaimana seorang shahabiyah yang menderita penyakit ayan dan jika penyakit ayannya kambuh, auratnya terbuka. Shahabiyah ini minta didoakan oleh Rasulullah agar sembuh dari penyakitnya. Rasulullah SAW member 2 opsi yang pertama didoakan dan sembuh, atau ke-2 sabar sama penyakitnya dan masuk surga. Sang shahabiyah memilih untuk sabar menghadapi penyakitnya dan minta didoakan agar auratnya tidak terbuka jika penyakit ayannya kumat. Begitu pula ada contoh dari Nabi Ayyub yang sudah sakit keras namun beliau tidak pernah berdoa minta sembuh. Doa beliau hanya, “(Yaa Rabb), sungguh aku ditimpa penyakit dan Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (Al Anbiyaa’:83)
Kedua, berobat. Namun dalam berobat ada 2 alternatif lagi,
yang pertama menjalankan sunnah dengan thibbun nabawi salah satunya adalah dengan
bekam dan kita niatkan untuk mengikuti sunnah Rasulullah SAW, kita ambil berkah
menjalankan sunnah. Sembuh sepenuhnya hak prerogatif Allah SWT, karena yang namanya sakit adalah ujian dari Allah. Kapan
ujiannya selesai? Hanya Allah yang tahu.
Alternatif ke-2 menjalankan pengobatan non-sunnah tapi masih halal. Jika pun tidak
mendapatkan berkah dari mengerjakan sunnah tapi jika kita meniatkan kalau
sembuh dapat mengerjakan kebaikan yang lebih banyak insya Allah tetap mendapatkan
kebaikan. Jangan pernah berharap pada makhluk yang dapat menyembuhkan, yang
menyembuhkan hanya Allah. Kalau kita mengharapkan kesembuhan dari obat, apa
bedanya dengan percaya kesembuhan datang dari jimat? Wallahu a’lam.
Terima kasih telah membaca artikel tentang BEKAM PENGOBATAN TERBAIK di blog Tadabbur Kubur Takabbur jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.